CEO Freeport Indonesia: Fungsi  Public Affairs Bukan ‘Pemadam Kebakaran’

0
1270

Selain pemerintah pemangku kepentingan lainnya juga adalah parlemen mulai dari level pusat hingga lokal. Di pusat sendiri parlemen di bagi-bagi dalam berbagai komisi sehingga perlu dipetakan juga mana yang terkait dengan industri yang digeluti perusahaan.

Stakeholders lainnya adalah asosiasi bisnis, lembaga swadaya masyarakat (LSM), media, universitas atau civitas akademika dan lainnya. Masing-masing stakeholders ini juga perlu dipetakan. Misalnya LSM, ada LSM di bidang lingkungan, LSM hak asasi manusia dan lainnya. Media juga ada media nasional dan media lokal. Setiap kategori ini memiliki pendekatan (approach) yang tentu berbeda-beda.

“Tentu ini akan sangat time consuming kalau seandainya kita engage dengan mereka. Tetapi menurut pendapat saya tetap kita harus engage dengan semuanya. Kenapa? Kita tidak akan bisa melakukan suatu analisa atas stakeholders-stakeholders ini apabila kita belum pernah bertemu dan berbicara dengan mereka,” ujarnya.

Tony mengatakan pemahaman yang baik akan aspirasi stakeholders hanya bisa diperoleh bila ada engagement. Bukan sekadar membaca dari berita.

Selain stakeholders yang beragam, tantangan lain yang dihadapi para praktisi public affairs adalah birokrasi, seringnya penggantian pejabat, penggantian kebijakan dan tumpang tindih antara pemerintah pusat dan daerah.

Baca Juga :   ABM Investama Beberkan Tata Kelola Lingkungan yang Berkelanjutan

Tony mengatakan para praktisi public affairs mesti terus membangun kemitraan dengan pemerintah untuk membangun trust. Bicara soal trust ini, menurut Tony, ada dua hal yaitu the value of our company dan the credibility of the messenger. Nilai dari perusahaan dikomunikasikan kepada para stakeholders dan yang tidak kalah penting adalah siapa yang mengkomunikasikannya dan bagaimana kredibilitas dari yang membawa komunikasi tersebut.

“Ini tentunya bukan pekerjaan yang mudah. Kita harus rencanakan dari awal supaya kita bisa punya value of the company yang bisa acceptable di stakeholders dan credibility of the messenger it self,” ujarnya.

Tony mengatakan ada tiga hal yang selama ini menjadi pegangannya sebagai pertimbangan dalam mengkomunikasikan pesan kepada stakeholders. Pertama-pertama pesan itu harus benar. Jangan mengatakan atau menyampaikan sesuatu yang tidak benar alias jangan berbohong. Pertimbangan kedua adalah apakah pesan itu baik untuk dikomunikasikan, dan yang ketiga adalah apakah pesan itu memang berguna untuk dikomunikasikan.

Kemudian dalam melakukan engagement dengan stakeholders, siapa pun itu, praktisi publics affairs harus secara teratur bertemu dengan mereka, ada masalah atau tak ada masalah. “Memang akan menghabiskan banyak waktu tetapi sampai hari ini juga saya setiap hari melakukan networking dan regular engagement karena begitu banyak stakaholders-nya. Jadi memang harus dilakukan terus,” ujarnya.

Baca Juga :   Ketua PAFI Berbagi Tips PR yang Mumpuni, Simak Selengkapnya

Tony punya prinsip 3P dan C dalam melakukan engagement dengan stakeholders yaitu Passion, Positive, Persistent dan Continuous engagement. “Ini tips untuk bagaimana kita melakukan stakeholders engagement dengan lebih tepat, lebih intesnif dan ekstensif dan tentu saja semua stakeholders adalah human. So we need to emphasized the human approach,” ujarnya.

 

Halaman Berikutnya
1 2

Leave a reply

Iconomics