Langkah-Langkah Dirut Baru Benahi Garuda Indonesia

0
99
Reporter: Yehezkiel Sitinjak

PT Garuda Indonesia Tbk (Persero) terlilit hutang sebesar US$500 juta atau setara Rp7 triliun yang segera jatuh tempo. Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra yang diangkat sebagai direktur utama baru mengatakan akan membenahi bisnis perusahaan agar profitable.

Menurut Irfan, ia bersama dengan timnya telah menelusuri beberapa jalur alternatif yang dapat ditempuh maskapai milik negara ini untuk mengurangi hutang. Beberapa opsi tersebut, kata Irfan, termasuk restrukturisasi utang baru guna membayar utang yang akan jatuh tempo serta melanjutkan renegosiasi kontrak-kontrak guna menekan beban perusahaan.

Irfan menambahkan bahwa pihaknya tidak akan segan dalam meng-hire negosiator di eksternal perusahaan bila mampu renegosiasi kontrak-kontrak perusahaan yang menangani avtur, manufaktur, dan leasing. Hal ini dilakukan agar perusahaan dapat mengikuti kondisi pasar yang dinamis.

“Mohon dipahami bahwa kita selalu upayakan pengurangan utang tersebut dengan cara membuat bisnis profitable. Dan kita akan terus melakukan renegosiasi terhadap pabrik manufacturing dan leasing karena melihat struktur biayanya besar sekali, tidak hanya di avtur,” ujar Irfan di gedung Kementerian BUMN, Jakarta pada Jumat (24/01/2020).

Baca Juga :   Ekuitas Negatif, Kartika Wirjoatmodjo: Garuda Indonesia 'Technically Bankrupt'

Lantas demikian, Irfan menegaskan bahwa renegosiasi kontrak terhadap manufacturing tidak akan membawa dampak negatif terhadap standar keselamatan perusahaan.

Secara jangka panjang, kata Irfan, ia bersama dengan tim akan berfokus untuk meningkatkan profitabilitas perusahaannya untuk menggerus hutang. Dengan berkurangnya hutang, pihaknya akan mengambil hutang baru untuk mendatangkan armada baru.

Cycle-nya seperti itu. Jadi kalau anda tanya Garuda berhutang ya typical airlines memang harus berhutang,” jelasnya.

Terkait peningkatan ekspor, Irfan mengatakan pihaknya saat ini terus melakukan kajian untuk mencari optimalisasi komposisi antara penumpang dan kargo. Dengan demikian dapat meningkatkan penerimaan dari ekspor kargo tapi tidak mengurangi tingkat keselamatan atau kenyamanan penumpang.

Dalam upaya mengurangi terjadinya perbenturan kepentingan (conflict of interest) dalam perusahaan, struktur organisasi manajemen perusahaan pun mengalami perubahan dimana divisi niaga dan kargo telah dilebur menjadi satu.

“Manajemen sekarang, Niaga dan Kargo kita gabungkan jadi satu. Dia jualan atas dan bawah sekalian. Sayang kalau terpisah. Sebelumnya, ada yang jualan niaga, niaga itu penumpang, dan ada yang jualan kargo sendiri, kita khawatir ada konflik nanti,” ucapnya.

Baca Juga :   Stafsus Menteri BUMN Arya Klarifikasi Soal Tiket Garuda untuk 80 Anggota DPR

Di bidang pariwisata, Irfan mengakui akan terus berdiskusi dengan Menteri Pariwisata dan Badan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Wishnutama Kusbandio mengenai potensi jalur dimana Garuda dapat berkolaborasi.

Leave a reply

Iconomics