Mandiri Capital Bicara Konsep Fintech Plus dan Industri yang Dibidik

0
596
Reporter: Yehezkiel Sitinjak

Semuanya berawal dari disrupsi teknologi. Salah satunya dampaknya kemudian mengubah aktivitas perekonomian yang umumnya digital. Dari sini muncul berbagai perusahaan-perusahaan perintis berbasis teknologi yang dikenal sebagai strartup.

Keberadaan startup ini kemudian mempengaruhi aktivitas perekonomian baik secara nasional, regional maupun global. Akan tetapi, perusahaan startup punya keterbatasan terutama dalam hal pendanaan. Itu sebabnya, keberadaan perusahaan modal ventura penting mendukung keberadaan perusahaan startup.

Salah satu perusahaan modal ventura yang ada di Indonesia adalah Mandiri Capital Investment dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Mandiri Capital untuk saat ini memiliki 13 perusahaan dalam portofolio mereka di antaranya Mekari, Amartha, PrivyID, Koinworks, dan LinkAja.

Wartawan The Iconomics Yehezkiel Sitinjak mewawancarai Direktur Mandiri Capital Investment Joshua Agusta di Jakarta, Senin (25/11)  untuk mengetahui kinerja dan kiprah perusahaan modal ventura ini ke depan. Juga sektor industri apa yang dibidik perusahaan ini serta konsep yang disebut sebagai “Fintech Plus”.

Perusahaan-perusahaan apa dibidik Mandiri Capital untuk didanai ke depannya?
Yang pasti financial technology (fintech). Tapi, saya sendiri akan mengurusi venture fund-nya, karena pada awalnya kan semua dananya berasal dari Bank Mandiri. Namun, ke depan dana yang akan saya kelola dan wakilkan di Mandiri Capital termasuk uang dari pihak ketiga, bukan hanya dari Mandiri saja.

Baca Juga :   Kenaikan Gas 3 Kg Dinilai Akan Berdampak ke Perekonomian Nasional

Kira-kira kapan venture fund ini akan siap?
Diharapkan tahun depan. Jadi, tahun depan kami targetkan sudah meluncurkan fund-nya dan mulai berinvestasi.

Jumlah dana yang disiapkan untuk fund ini seberapa besar?
Dari yang saya tahu saat ini, jumlahnya tidak lebih dari US$ 100 Juta. Kami akan berinvestasi di sektor fintech, tapi sekaligus juga memperluas sektor fintechnya. Bisa disebut “Fintech Plus”.

Apakah fintech yang dimaksud hanya pada segi layanan keuangan atau juga akan termasuk sektor e-commerce?
Kami tidak akan main di e-commerce. Namun di industri fintech seperti perusahaan peminjaman, pembayaran, solusi UMKM, yang bermodel seperti itu. Terkait “Fintech Plus”, yang saya bayangkan adalah industri-industri yang bisa di leverage menggunakan layanan perbankan. Salah satunya agritech, kenapa? Karena peminjaman buat petaninya.

Ada juga teknologi pendidikan, di mana hubungannya dengan fintech adalah akses terhadap layanan peminjaman untuk kebutuhan pendidikan (student loans). Asuransi juga bisa, otomotif juga bisa. Jadi saya bilang fintech plus karena tidak mau hanya khusus layanan keuangan saja seperti model “lending-payment-wallet“, karena semuanya sudah begitu, tidak ada yang lain.

Baca Juga :   Kasus Jiwasraya: Kejagung Berubah-Ubah, dari Pelapor hingga Perkiraan Kerugian?

Sudah berapa banyak portofolio yang dikelola Mandiri Capital?
Sudah 13 portofolio, termasuk LinkAja.

Apakah yang menimpa WeWork (perusahaan startup AS) akan membuat para modal ventura khawatir untuk memberi pendanaan kepada startup?
Yang pasti akan lebih berhati-hati. Hati-hati dari aspek tidak hanya akan melihat pertumbuhan saja. Biasanya kan mereka berfokus pada pertumbuhannya, sedangkan fundamental growth-nya sendiri dari mana, mereka tidak begitu memperhatikan. Jadi jika diibaratkan, ketika suatu perusahaan terlihat bertumbuh secara pesat, mereka akan melihat juga bagaimana struktur dari pertumbuhan itu dulu. Jadi mereka melihat dulu apakah ini growth hacking atau growth bribing, inilah sayangnya yang dilakukan sebagian besar dari startup dengan pertumbuhan pesat lakukan.

Sekarang kalau investor melihat pertumbuhan seperti itu, akan berpaling. Mereka sekarang akan melihat perusahaan yang bisa bertumbuh namun dengan struktur pertumbuhan yang benar. Kalau terkait berhati-hati dari segi jumlah investasi yang akan ditaruhkan kepada perusahaan perintis saya rasa tidak akan ada perubahan.

Leave a reply

Iconomics