Mengenal Tommy, Pendiri Perusahaan Fintech yang Biayai Pendidikan

0
2227
Reporter: Yehezkiel Sitinjak

Layanan keuangan berbasis teknologi digital atau financial technology (fintech) berkembang dengan pesat. Di sektor pembiayaan, fintech peer-to-peer lending (P2P Lending) menawarkan berbagai pinjaman termasuk untuk pendidikan tinggi bagi mahasiswa.

Pasar inilah yang disasar PT Pinduit Teknologi Indonesia (Pintek), perusahaan fintech yang fokus pada penyaluran kredit untuk kebutuhan pendidikan. Berdiri sejak 5 Oktober 2018, perusahaan ini telah berhasil menyalurkan dana senilai Rp 27 miliar kepada 1.700 peminjam yang tersebar di 25 provinsi dan sebagian besar di Pulau Jawa.

Pintek juga telah bekerja sama dengan lebih dari 100 instansi pendidikan baik itu pendidikan formal (dari tingkat TK hingga S3) maupun non-formal (pelatihan, bimbingan belajar, dan sertifikasi). Meski fokus kepada pembiayaan pendidikan, Pintek tidak menjadikan Amerikat Serikat (AS) sebagai rujukan.

Untuk negetahui lebih jauh kinerja perusahaan ini, wartawan The Iconomics Yehezkiel Sitinjak mewawancarai Direktur Utama Pintek Tommy Yuwono. Percakapan ini membahas soal penyaluran pinjaman untuk 2019, tingkat pendidikan apa saja yang mendapatkan akses terhadap peminjaman, target dan strategi memasuki 2020, serta bagaimana perbedaan ekosistem peminjaman pendidikan antara Indonesia dan AS. Berikut wawancaranya.

Penyaluran pinjaman untuk 2019 sudah berapa nilanya?
Kita kan terdaftar di OJK (Otoritas Jasa Keuangan) dari 5 Oktober tahun lalu. Sejak tanggal itu hingga sekarang kami berhasil menyalurkan lebih dari Rp 27 miliar. Itu masih kecil sih dibandingkan kebutuhannya dan dengan pasar yang begitu besar.

Baca Juga :   BCA Akan Gandeng WeChat untuk Pembayaran Digital di Indonesia

Penyaluran dananya ke tingkat pendidikan apa saja?
Kalau kami memang memberikan untuk tingkatan TK (Taman Kanak-Kanak) hingga S3 kalau formalnya, kalau informalnya lebih ke pendidikan kursus, sertifikasi, pelatihan, bimbingan belajar, jadi kita memberi untuk semua lapisan.

Penyaluran dananya tersebar di mana saja?
Yang sudah tersalurkan sudah 25 provinsi, cuma salah satu kota terbesarnya di Bandung, Jakarta, (daerah) Jawa Barat sudah pasti, kemudian Jawa Tengah juga lumayan banyak, dan di Jawa Timur sudah ada Surabaya dan Malang.

Target pembiayaan untuk tahun depan?
Untuk target pembiayaan kita tidak punya target secara nominal. tapi kita lebih ke target manusianya atau berapa pelajar yang kita berikan dana. kita menargetkan untuk memberi pinjaman kepada minimal 5.000 pelajar untuk tahun depan dari 1.700 pelajar untuk tahun ini.

Apa strategi Pintek agar target itu tercapai tahun depan?
Untuk tahun depan, kami ingin bekerja sama dengan lebih banyak lagi institusi-institusi pendidikan. Caranya, kami sedang proses mendapatkan izin dari OJK agar kami dapat memberikan pendanaan juga untuk kampus-kampus, jadi tidak hanya untuk para pelajarnya saja.

Baca Juga :   Komisi VII DPR dan KS Saling Jawab soal Industri Baja Berujung Pengusiran Dirut

Karena di institusi pendidikannya juga banyak kebutuhan pendidikannya. Mereka kan butuh pengembangan, renovasi, sarana prasarana, kemudian mereka juga pastinya ingin melakukan upskilling, misalnya dosennya ingin melanjutkan pendidikan untuk S3.

Itu yang kami sedang proses, namun kami belum launching karena harus izin sama OJK terlebih dahulu, setelah kami mendapatkan approval-nya, kami akan tampilkan di website kami.

Dibandingkan di luar negeri, pinjaman untuk pendidikan itu cukup langka di Indonesia, apakah ini akan menjadi suatu barrier untuk usaha Anda ke depan?
Memang, utang di masyarakat kita dipandang secara negatif. Khususnya di kalangan menengah ke bawah. Padahal, kalau di korporasi utang itu dilihat sebagai alat untuk mempercepat usaha. Jadi, kami ingin mengedukasi juga bahwa kalau seseorang mengambil utang, namun untuk sesuatu yang produktif, kenapa tidak?

Jadi dengan pinjaman pendidikan ini kita ingin menjadi salah satu kunci agar kita bisa masuk ke masyarakat yang belum pernah mengenal produk utang tersebut dan agar bisa bermanfaat bagi hidup mereka.

Lender-lender di perusahaan Anda seperti apa?
Lender kami hanya merupakan institusi. Kami tidak membuka ke masyarakat untuk memberi pendanaan. Jadi institusi-institusi kami terdiri atas institusi keuangan seperti perbankan, kemudian institusi konglomerasi, family office, dana profit dan juga non-profit.

Baca Juga :   Virus Corona Membawa Berkah: Transaksi Digital Dinilai Meningkat

Mengenai pinjaman pendidikan, di AS, itu salah satu jenis utang terbesar. Bagaimana tanggapan industri P2P Lending pendidikan di Indonesia soal itu?
Jadi, pertama untuk membandingkan, kita harus melihat kondisi AS secara menyeluruh. Salah satu hal yang terlihat di AS yaitu bahwa tenor pinjamannya sangat berjangka panjang, bisa 10 hingga 20 tahun, kalau di Indonesia kan tidak. Kita itu sebenarnya produk installment, dan kita memperhatikan kemampuan peminjam untuk membayar agar mereka tidak terbeban dengan hutang yang perlu dibayar setelah lulus. Di situ perbedaan pertama.

Kemudian, karena ada produk pinjaman yang bersifat jangka panjang tenornya, akibatnya harga pendidikan tinggi di luar negeri juga naik menjadi sangat mahal. Sebenarnya di Indonesia biaya pendidikan juga sudah mahal. Kalau dibandingkan dengan pendapatan per kapita, biaya pendidikan kita mencapai 150%. Dan Pintek tidak bisa menawarkan pinjaman yang bersifat jangka panjang karena mohon maaf, setelah lulus dari kuliah, belum ada jaminan akan dapat pekerjaan.

Lalu, yang kami lakukan adalah pertama untuk menjalankan produk untuk pendidikan tinggi. Kemudian, pendidikan tinggi yang kami layani sebagian besar merupakan instansi politeknik, pendidikan tinggi, akademi, yang siap kerja. Harapannya dengan mereka diberikan pinjaman tersebut, itu akan bantu mempercepat proses mereka mendapatkan kerja.

Leave a reply

Iconomics