The Man Behind Digital Transformation

0
117
Reporter: Arif Hatta & Yehezkiel Sitinjak

Digitalisasi semakin menjadi primadona saat ini. Mau tidak mau, semua harus mendigitalisasi atau melakukan adopsi teknologi pada kondisi yang sangat terbatas ruang gerak secara fisik akibat Covid-19.

Sunarso yang saat ini menjabat sebagai Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia (BRI) sangat akrab dengan teknologi dan digitalisasi. Ia banyak terlibat mengembangkan digitalisasi di perusahaan-perusahaan yang pernah disinggahinya. Termasuk di BRI yang sekarang ia pimpin.

Dalam sebuah webinar BRI dengan Kompas, Sunarso menceritakan BRI melakukan transformasi besar-besaran pada tahun 2016. Program transformasi yang dikemas dalam BRIvolution tersebut merupakan program transformasi besar-besaran pada dua fokus. Pertama, transformasi digital dan kedua, transformasi kultural.

Keberadaan Sunarso saat ini yang kedua kalinya di BRI. Tahun 2015, ia pindah dari Bank Mandiri ke BRI menjadi Wakil Direktur Utama. Kemudian tahun 2017, ditunjuk menjadi Direktur Utama Pegadaian, dan kembali ditugaskan ke BRI sebagai direktur utama pada tahun 2019.

Kala itu, Sunarso pernah mengatakan bahwa dirinya memiliki tugas mengawal transformasi digital di BRI. Bank yang kerap menjadi ikon nasabah usaha kecil dan menengah (UKM) ini siapkan kuda-kuda digital karena melihat masa depan industri perbankan akan serba digital. Adanya wabah Covid-19 ini menjadi arena pembuktian kekuatan teknologi atau digital perbankan

Baca Juga :   Kabar Baik untuk UMKM, Telkom Hadirkan Aplikasi Kasir Digital

“Secara visioner bahwa cepat atau lambat cara bekerja manusia ini akan berubah kemudian industri perbankan akan mengalami banyak perubahan dan driver daripada perubahan ini adalah perubahan teknologi informasi,” kata Sunarso.

Ada atau tidak ada Covid-19, tren perbankan harus bergerak ke digitalisasi. Pandemi Covid-19 hanya satu diantara sekian ujian bagi transformasi digital BRI. Covid-19 bisa jadi akan mengkatalisasi pengembangan layanan dan produk berbasis digital. Seperti yang dikatakan Sunarso, adanya Corona ini bisa menjadi akselerator untukmempercepat terjadinya transformasi di BRI pada dua area, yakni digital dan kultural.

Saat memimpin Pegadaian, Sunarso pun mengusung transformasi yang diimplementasikan di BRI. Fokus Sunarso melakukan transformasi digital dan kultural. Salah satu warisannya adalah Pegadaian Digital Sevices (PDS). Itulah digitalisasi yang paling konkret dapat dirasakan oleh nasabah Pegadaian.

Dalam berbagai kesempatan, Sunarso sering mengatakan keberhasilan transformasi itu karena beberapa hal. Pertama, objek yang akan ditransformasi harus jelas. Kedua, ada pemimpin yang menggerakkan. Ketiga, semua orang/tim menghendaki transformasi. Keempat, semua transformasi harus ditulis dan diadministrasikan sebagai bagian dari mekanisme kesisteman.

Baca Juga :   Tugu Insurance Catat Pertumbuhan Laba Konsolidasi Tahun 2023 Sebesar 281%

Saat memimpin BRI, Sunarso pun melanjutkan transformasi digital dan kultural. Digitalisasi dilakukan untuk mencapai efisiensi. Itu satu hal. Namun tak kalah penting digitalisasi harus melahirkan nilai baru (creating new value). Dalam membuat nilai baru tersebut ada kemampuan untuk selalu melakukan inovasi dan membuat model-model bisnis baru agar tujuan perusahaan tercapai. Oleh karena itu, Dirut BRI ini menegaskan pentingnya data. Data yang sering diidentikkan dengan emas akan menjadi landasan semua langkah-langkah strategi perusahaan. “Tidak mungkin dilakukan tanpa berbasis data,” kata Sunarso saat mengungkap pembuatan nilai baru.

Sunarso sangat meyakini transformasi menjadi jawaban untuk menghadapi risiko perusahaan. Baginya, transformasi akan selalu relevan karena ancaman krisis/ risiko bisa datang kapan saja. Krisis bisa jadi tidak lagi datang setiap 10 tahun. Mungkin krisis akan datang lebih cepat, 5 tahunan, 3 tahunan, atausetiap tahun datang. Yang tidak siap bertransformasi akan digilas oleh krisis. Beda hal dan nasibnya dengan perusahaan yang antisipatif dan terbiasa dengan kultur transformasi. Sesungguhnya krisis akan memperkuat perusahaankarena dengan krisis akan memperbaiki kesiapan manajemen risiko. Sebenarnya krisis akan membuat perusahaan lebih tangguh ke depan.

Baca Juga :   Wijaya Karya Sebut Program Beasiswa yang Berlangsung 14 Tahun Telah Menyerap Dana Rp9 Miliar

 

Berita ini dapat diperoleh di e-magazine The Iconomics Edisi 1 Tahun 2020

Leave a reply

Iconomics