Digital Payment akan Tumbuh Makin Pesat Setelah Pandemi

0
1222

LinkAja

Digital payment (e-wallet) selama masa pandemi ini tumbuh dengan sangat pesat. Tren ini diperkirakan akan terus berlanjut setelah pandemi nanti.

Riset konsumen yang dilakukan Inventure menyimpulkan pandemi Covid-19 mendorong pembayaran secara cashlesscardless dan contactless menjadi prioritas konsumen saat bertransaksi. Dari  629 responden sebesar 63,5% mengatakan setuju (menggunakan digital payment) sedangkan sebesar 36,5% mengatakan tidak setuju

Haryati Lawidjaja, CEO LinkAja mengatakan pandemi Covid-19 ini memang menjadi blessing bagi digital payment. Berdasarkan data Bank Indonesia pada Agustus lalu, transaksi digital payment mencapai sekitar Rp17 triliun, tumbuh 33,8% dibandingkan Agustus 2019.

Haryati mengatakan selama masa pandemi ini juga terjadi perubahan prilaku masyarakat dalam menggunakan e-commerce dimana masyarakat menggunakan e-commerce untuk membeli kebutuhan pokok. Alhasil, menurut Haryati, pembayaran dengan digital payment di e-commerce pun kini menempati  posisi kedua (26%) setelah transfer antar bank (30%).

Riset Inventure juga menunjukkan bahwa konsumen saat ini menggunakan digital payment atau e-wallet bukan lagi untuk mengejar promo. Tetapi sekitar 68% responden menyatakan bahwa menggunakan digital payment karena kenyamanan dan keamanan. Hanya 23% konsumen yang menggunakan digital payment untuk mencari promo.

Baca Juga :   Digiresto Menggandeng LinkAja

Selama pandemi ini, para pelaku usaha termasuk  digital payment juga cenderung tidak lagi berkompetisi satu sama lain, tetapi justru berkolaborasi untuk tumbuh bersama dan keluar dari pandemi. Haryati mengatakan kolaborasi ini bagus karena melahirkan kesempatan (opportunity) yang tidak terbatas, tergantung kreatifitas dan inovasi yang dilakukan.

Tak hanya antara seama pelaku usaha, sinergi platform-platfrom digital dengan pemerintah juga sudah mulai dilakukan selama pandemi ini. Misalnya dalam program Bangga Buatan Indonesia dimana pemerintah dan platform e-commerce dan digital payment serta UMKM bekerja sama.

Kolaborasi lain dengan pemerintah misalnya dalam penyaluran stimulus bantuan prakerja. Sebelumnya bantuan sosial hanya melalui perbanakan. Tetapi dalam program kartu prakerja digital payment juga dilibatkan.

LinkAja sendiri juga pernah melalukan proyek percontohan (pilot) dengan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) dalam menyalurkan bantuan sosial dengan menggunakan teknologi facebiometrik.

Selain ada kolabroasi dan sinergi, Haryati mengatakan dari sisi regulasi terkait digital payment juga sudah semakin baik dan ke depan akan semakin baik lagi. Contohnya aturan mengenai interoperabilitas QRIS yang dibuat Bank Indonesia. Interoperabilitas ini juga merupakan sinergi dalam ekosistem pembayaran digital di Indonesia.

Baca Juga :   Ekonomi Syariah Bisa Manfaatkan Teknologi Digital untuk Dorong Pertumbuhan

“Itu beberapa hal yang saya lihat menjadi tren dan skelaigus blessing dari pandemi ini karena seolah-olah mempersiapkan kita lebih cepat untuk bisa growing lebih cepat lagi pada saat Covid ini berlalu,” ujarnya dalam Indonesia Industry Outlook #IIO2021 Conference secara daring dengan tema: 2021: It’s Time to Win-Back “Reimagine, Recover, Regain” yang diselenggarakan oleh Inventure, Rabu (4/11).

Berbagai fenomena tersebut baik perubahan prilaku masyarakat maupun sinergi antara pelaku usaha dan pemerintah serta dukungan regulasi yang baik akan menajadi fondasi yang kuat untuk pertumbuhan lebih cepat lagi dari digital payment setelah pandemi. “Harapannya eksponensial lagi. Karena sinergi dan kemudian juga semua pintu-pintu yang diperlukan untuk sinergi dengan lebih efektif itu sudah terbuka pada saat ini gara-gara dibuka sama si Covid ini,” ujarnya.

LinkAja sendiri juga menunjukkan tren jumlah pengguna dan use case yang meningkat tajam. Per November 2020, LinkAja sudah memiliki lebih dari 58 juta pengguna yang terdaftar dan sudah bisa digunakan di lebih dari 600.000 lokal merchant dan lebih dari 280.000 merchant nasional di seluruh Indonesia.

Baca Juga :   Bank DKI Layani Transaksi Berbasis Digital di Pasar Perumnas Klender

LinkAJa juga sudah digunakan pada134 moda transportasi di seluruh Indonesia dan juga di lebih dari 500 pasar tradisional. Untuk donasi LinkAja sudah bekerja sama dengan lebih dari 14.000 partner dan lebih dari 1.600 e-commerce.

Pada 16 April lalu, LinkAja juga sudah meluncurkan layanan syariah. Dalam waktu enam bulan setelah peluncuran, Haryati mengatakan penggunanya sudah mencpai lebih dari 1 juta.

Yuswohady Managing Partner Inventure mengatakan digital payment akan menjadi cara baru saat bertransaksi di era post-Covid-19. “Di tahun 2021, adopsi konsumen terhadap digital payment akan mengalami fase kritikal dimana cara transaksi baru ini bakal menjadi mainstream di area urban,” ujar Yuswo.

 

Leave a reply

Iconomics