Mengintip Konsep Digital Bank Jago Setelah Masuknya Investor Baru

0
3877
Reporter: Petrus Dabu

Nama PT Bank Jago Tbk barang kali belum begitu akrab di telinga. Ya, ini memang branding baru dari PT Bank Artos Indonesia Tbk setelah masuknya dua investor baru yaitu PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia (MEI) dan Wealth Track Technology Limited (WTT) pada saat Penawaran Umum Terbatas (PUT) I yang berakhir pada April lalu.

Pilihan nama Bank Jago bukan tanpa maksud. Kharim Siregar, Direktur Utama Bank Jago mengatakan nama itu merepresentasikan visi perusahaan untuk menjadikan semua customer di segmen digital itu bisa ‘jago’ di bidang finansial. Dengan advices dan services yang diberikan diharapkan para customer bisa nyaman menggunakan layanan perbankan.

“Itulah  yang kami maksud menamakan bank kami Bank Jago untuk menjadikan nasabah-nasabah kami jagoan-jagoan finansial dan banking,”ujar Kharim dalam sebuah konferensi pers virtual, Rabu (26/8).

Setelah masuknya pemegang saham baru, bukan hanya ‘baju’ yang diganti. Isi di dalamnya pun ditransformasikan. Bank Jago juga ingin menjadi technology base bank atau bank berbasis teknologi. Karena itulah dana Rp1,34 triliun dari hasil PUT I digunakan untuk membangun infrastruktur dan aplikasi digital Life Financial Solution yang diluncurkan dalam waktu dekat.

Baca Juga :   OJK Dorong Kolaborasi Pelaku Industri Keuangan di Era Digital

Kharim menjelakan layanan bank digital yang dikembangkan Bank Jago dilakukan melalui kerja sama dengan komunitas-komunitas ekosistem digital dalam bentuk layanan transaksional maupun simpanan dan juga dalam bentuk memberikan pinjaman dan menyalurkan pinjaman melalui eksosistem digital.

“Platform yang kami bangun akan menjadi basis untuk kita bisa bekerja sama dengan digital ekosistem, dengan meng- utilize API (Application Programming Interface). API akan kita gunakan untuk melakukan direct connection dengan digital-dital ekosistem tersebut,” ujarnya.

Kharim belum mau menjelaskan detil produk digital yang akan diluncurkan dalam waktu dekat ini. Ia menyampaikan bahwa yang akan diluncurkan pertama itu baru satu fitur dan akan terus dikembangkan ke depan secara terus-menerus.

“Bentuknya seperti  apa, yang bisa saya sampaikan adalah fokus pertama kami adalah memberikan fitur-fitur yang terkait dengan transaksional. Kami akan memperkenalkan beberapa  hal-hal unik dimana Bank Jago sangat komit untuk memberikan layanan-layanan yang life fokus yang relevan dengan kehidupan customer,” ujarya.

“Karena produk kami belum launch, saya tidak bisa sharing terlalu banyak,” tambahnya.

Baca Juga :   OJK Rilis Aturan Baru, BNC akan Percepat Pemenuhan Persyaratan Modal Inti

Tetapi sebagai bocoran, Kharim mencontohkan dalam keseharian masyarakat saat ini mulai dari pagi hingga malam nyaris tak terlepas dari e-Money. Tetapi e-Money itu sendiri memiliki batas (limit) sehingga nasabah harus selalu melakukan top-up terlebih dahulu agar bisa bertransaksi. Untuk melakukan top-up, nasabah harus ke suatu tempat.

“Pendekatan Bank Jago adalah bekerja sama dengan ekosistem digital yang sebetulnya terhubung dengan si nasabahnya itu. Kalau saldonya berkurang, secara otomatis kita akan tambahkan. Kami akan menggunanakan bagaimana bisa seamless antara tabungannya dengan e-Money,”ujarnya.

Lantas berapa belanja modal yang disiapkan untuk menyiapkan infrastruktur bank berbasis teknologi ini? Kharim mengatakan Bank Jago menggunakan teknologi pay per use. Dus, investasi di awal, menurutnya tidak jor-joran.

“Capex kami di awal tentunya untuk membangun aplikasi kami sendiri tetapi  untuk infrastruktur-infrastrukur dan yang lainnya kami menggunakan teknologi cloud sehingga expenses-nya berupa variabel expenses, tergantung nanti berapa banyak penggunaannya,” ujarya.

Selain untuk menyiapakan infrastruktur teknologi, dana hasil right issue juga digunakan untuk menyiapkan sumber daya manusia. “Karena kita harus strengthen organisasi [untuk] menjadi technology base bank,” ujarnya.

Baca Juga :   Jalin Kemitraan Strategis, KakaoBank Akuisisi 10% Saham  Superbank

Per akhir Juni lalu, total aset Bank Jago adalah Rp1,7 triliun. Penyauran kredit pada semester pertama 2020 mengalami penurunan sebesar 27% year on year menjadi Rp273 miliar.

“Karena fokus dari manajemen di awal tahun adalah pertama tentunya adalah right issue kemudian malakukan konsolidasi dan juga kita tahu  semua ada kondisi pandemi dimana kami jauh lebih prudent melihat aspek penyaluran kredit,” ujar Kharim.

Leave a reply

Iconomics