Hartadinata Tetap Lanjutkan Ekspansi Bisnis

0
1614
Reporter: Petrus Dabu

Ilustrasi logam mulia Hartadinata

Pandemi Covid-19 tak serta-merta membuat rencana bisnis PT Hartadinata Abadi Tbk buyar semuanya. Produsen dan penyedia perhiasan emas terintegrasi ini tetap melanjutkan sejumlah rencana bisnisnya tahun ini seperti membuka sejumlah toko baru.

Sandra Sunanto, Chief Executive Officer PT Hartadinata Abadi Tbk menjelaskan Perseroan memiliki tiga strategi bisnis yang sudah dan akan dijalankan ke depan. Pertama, memperkuat integrasi vertikal khususnya ke arah downside yaitu melalui penetrasi pasar dengan penambahan jumlah toko sendiri.

Hingga saat ini, Hartadinata sudah memiliki 49 gerai toko emas ACC yang tersebar di seluruh Indonesia. Ke depannya Perseroan menargetkan peningkatan toko emas ACC hingga mencapai 100 unit pada tahun 2021. Dalam waktu sebulan ke depan hingga awal September, Hartadinata akan membuka 6-7 toko baru. “Sampai akhir tahun toko ACC itu sendiri bisa punya total 65 toko,” ujar Sandra saat konferensi pers virtual, Rabu (12/8).

Selain toko ACC, untuk memperkuat posisi di segmen pasar menengah ke atas, Perseroan juga telah membuka 3 toko Claudia Perfect Jewellery dan 2 toko Celine Jewellery yang fokus pada perhiasan berlian mewah, serta 3 toko ACC Premium yang fokus pada perhiasan emas kadar tinggi.

Penguatan integrasi vertikal usaha juga dilakukan melalui kanal penjualan digital e-commerce, yaitu platform hrta.store.com, Masduit dan Shopee. Sementara ini Hrta.store.com ditujukan untuk pelanggan grosir dan retail, sedangkan Masduit dan Shopee ditujukan untuk pengguna akhir. Langkah ini merupakan strategi dalam menjaga keberlangsungan aktivitas usaha Perseroan di tengah pandemi Covid-19. Selain itu, hal juga diharapkan dapat membantu mengurangi risiko penyebaran Covid-19 antara sales Hartadinata dengan para pelanggan.

Baca Juga :   Serius Kembangkan Bisnis Pergadaian, Hartadinata Abadi Kantongi Izin Usaha Gadai di 4 Provinsi

Hartadinata juga terus memperluas jaringan Gadai Emas di bawah merek PT Gadai Cahaya Abadi (GCDA) dan PT Gadai Terang Abadi Mulia (GTAM). Gadai Emas dirancang berdiri berdampingan dengan toko-toko perhiasan emas, sehingga diharapkan membantu pertumbuhan penjualan dengan adanya skema cicilan yang mempermudah pembelian emas. Selain itu, pelanggan juga bisa meminjam dana dengan menjaminkan emasnya, baik perhiasan maupun logam mulia.
“Di tahun 2020, kami sedang menunggu perizinan gadai kami dari Jawa Timur, NTB dan NTT. Jika izinnya sudah keluar kita di tahun 2020 sudah akan punya gadai dengan proyeksi kami di Jawa Barat, Jawa Timur, NTB dan NTT sekitar 65 unit gadai emas kami di 4 provins,” ujarnya.

Untuk Jawa Barat sendiri sudah mendapatkan izin usaha gadai pada tahun 2019 lalu dan saat ini memiliki 11 outlet.

Strategi kedua adalah secara kontinu dan konsisten mengembangkan produk. Pada awal Maret 2020, sebelum Covid-19, Hartadinata meluncurkan koleksi perhiasan Journey of Love untuk menyasar pasar kelas menengah bawah. Pengembangan produk perhiasan masih terus dilakukan hingga saat ini. “Yang menarik bagi kami adalah kita sekarang sudah mulai memproduksi logam mulia. Jadi pengembangan produknya tidak hanya dibatasi pada perhiasan emas saja tetapi juga pada logam mulia khususnya kita mengeluarkan logam mulia dengan pecahan paling kecil 0,1 gram. Semuanya juga dibantu dengan update teknologi. Mesin yang dibeli, software yang digunakan untuk mendesain produk itu selalu kita upgrade supaya produktifitas juga meningkat,” ujarnya.

Baca Juga :   Hartadinata Abadi Tbk Peroleh Fasilitas Pembiayaan Sindikasi dari BNI Senilai Rp2,4 Triliun

Strategi ketiga, jelas Sandra adalah melakukan peningkatan margin. Peningkatan margin pertama dilakukan dengan meningkatkan jumlah toko milik sendiri karena jelas margin jualan di toko sendiri jauh lebih besar. Kemudian dengan memperpendek jaringan distribusi. “Kita gunakan bantuan teknologi seperti harta.store untuk memperpendek chanel distribusi,” ujarnya.

Selain itu, Hartadinata juga terus melakukan inovasi produk supaya margin semakin meningkat. Hal tersebut dilakukan dengan efisiensi produksi dan penggunaan sumber daya dengan bantuan teknologi lewat mesin dan software yang selalu diupdate.

Pada semester pertama 2020, emiten dengan kode saham HRTA ini membukukan pendapatan sebesar Rp1,97 triliun, naik sekitar 11,18% dari Rp1,77 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Laba bersih tercatat sebesar Rp78,87 miliar, turun sekitar 8,69% dibanding Rp86,38 miliar pada semester pertama 2019 lalu.

Deny Ong, Chief Financial Officer PT Hartadinata Abadi Tbk menjelaskan pertumbuhan pendapatan Hartadinata pada kuartal I-2020 didorong oleh kenaikan harga emas; peningkatan penjualan kepada pihak grosir sebesar 7,0%; serta peningkatan penjualan dari toko milik Hartadinata sebesar 19,2%. Sedangkan pada kuartal II-2020, pendapatan Hartadinata tidak hanya didorong oleh kenaikan harga emas yang cukup tinggi, tetapi juga meningkatnya permintaan akan logam mulia yang dapat dikatakan sangat signifikan.

Baca Juga :   Antam dan Hartadinata Jalin Kemitraan Produksi dan Penjualan Emas

“Perolehan laba bersih Perseroan masih sesuai dengan target di awal tahun 2020, meskipun lebih rendah jika dibandingkan dengan kuartal II-2019. Hal tersebut karena adanya kewajiban tambahan Perseroan yang merupakan dampak dari hasil Penerbitan MTN dan juga Obligasi Berkelanjutan di tahun 2019 yang lalu,” ujarnya di Jakarta, Rabu (12/8).

Selama kuartal I-2020, volume penjualan Hartadinata didominasi oleh pasar perhiasan kadar rendah untuk segmen kelas menengah bawah yang berkontribusi 68,9% terhadap total produk yang dipasarkan. Penetrasi produk di pasar kelas menengah bawah ini dilakukan dengan meluncurkan koleksi perhiasan Journey of Love sebagai produk andalan pada Maret lalu. Dengan meningkatnya harga emas di tahun 2020 dan juga meningkatnya permintaan akan logam mulia di kuartal II-2020, Perseroan memutuskan untuk meningkatkan pengadaan produk logam mulia dari pecahan 0,1 gr sampai dengan 100 gram. Tujuannya adalah untuk memenuhi permintaan seluruh kalangan masyarakat Indonesia yang ingin berinvestasi di logam mulia selain perhiasan emas.

Deny mengatakan pada tahun 2020 ini, pendapatan ditargetkan mencapai Rp4 triliun dan laba bersih sebesar Rp170 miliar. Pada akhir tahun 2019, Hartadinata mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 17,8% menjadi Rp3,24 triliun. Dengan pertumbuhan tersebut, Perseroan berhasil meningkatkan laba bersih mencapai Rp 150,25 miliar atau meningkat sebesar 20,9% dibandingkan dengan 2018 sebesar Rp 123,81 miliar.

Leave a reply

Iconomics