Masuk Bisnis Kesehatan dengan Cara-cara Tidak Biasa

0
2013
Reporter: Yehezkiel Sitinjak

Co-Founder Alodokter Suci Arumsari/Kranjingan

Pandemi virus Covid-19 telah membawa dampak yang luar biasa terhadap tidak hanya keselamatan masyarakat, tapi juga terhadap perekonomian. Mayoritas sektor ekonomi tergerus kinerjanya. Tercermin dari pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal I tahun 2020 tercatat sebesar 2,97% secara year-on-year (yoy) berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS). Padahal kuartal I tahun 2019 mencapai 5,07% (yoy).

Adapun sektor-sektor yang mengalami perlambatan pada kuartal I ini antara lain sektor industri, perdagangan, pertanian, pertambangan, dan konstruksi. Namun ada pula yang tumbuh signifikan pada periode tersebut, yakni sektor jasa keuangan dan asuransi naik 10,67% (yoy), sektor jasa kesehatan dan sosial naik 10,39% (yoy) dan sektor informasi dan komunikasi naik sebesar 9,81% (yoy).

Melihat perkembangan data tersebut, perusahaan berbasis teknologi maupun perusahaan yang mengadopsi teknologi digital mendapatkan peluang untuk memperluas pasarnya. Atau bahkan memperluas bisnis inti perusahaan yang relevan dengan kebutuhan pasar saat ini.

Industri telemedik merupakan salah satu sub-sektor yang mengalami pertumbuhan signifikan dengan merebaknya pandemi. Alodokter, salah satu platform telemedik mencatat pertumbuhan pengguna sekitar 50% hingga 60% sejak pandemi Covid-19 pada awal Maret 2020.

VP Partnerships Alodokter Augustine menjelaskan rata-rata pengguna telekonsultasi saat ini sebanyak 750 ribu pengguna per bulan. Padahal sebelum masa pandemi hanya sekitar 480 ribu pengguna per bulan. Jumlah visitor ke situs laman pun meningkat dari yang sebelumnya 66 juta per bulan, meningkat menjadi 98 juta per bulan.

“Di kondisi pandemi seperti ini dimana terdapat pembatasan untuk bertemu, berkumpul dan mengunjungi keramaian (physical distancing) guna memutus mata rantai penyebaran Covid-19, maka salah satu hal yang didorong oleh Presiden RI, Bapak Jokowi dan juga Kementerian Kesehatan RI, adalah konsultasi medis melalui advance technology, sehingga membatasi direct contact secara fisik antara dokter dan pasien selama pandemi,” tutur Augustine kepada The Iconomics.

Augustine melihat hal ini sebagai golden window bagi Alodokter untuk lebih memasyarakatkan penggunaan telekonsultasi yang dapat mempertemukan pasien dan dokter dari mana saja dan kapan saja tanpa batas jarak.

Baca Juga :   East Ventures Pimpin Pendanaan Seri A untuk Startup Deep Tech Kesehatan Asal Singapura

Pada kesempatan terpisah, Direktur dan Co-Founder Alodokter Suci Arumsari mengatakan sejak merebaknya pandemi Covid-19, masyarakat telah mengalami perubahan perilaku, mereka semakin gencar dan kritis untuk mencari segala informasi mengenai kesehatan dan keselamatan mereka melalui layanan telemedik.

Ia menyebut fitur layanan yang mengalami pertumbuhan signifikan pada platform ini adalah fitur chat dokter. “Masyarakat sekarang sangat mudah bertanya terhadap dokter kita. Saat ini chat yang sudah kita lakukan adalah 600 ribu chat dalam sebulan sehingga sekitar 20 ribu chat per hari yang kita berikan ke masyarakat luas,” kata Suci.

Menurut Suci, salah satu aspek yang membedakan Alodokter dari pesaingnya adalah kemampuan Alodokter untuk menyediakan informasi yang mudah dicerna oleh masyarakat. Dalam hal ini, Alodokter memanfaatkan platform sosial media ditambah dengan penerbitan artikel-artikel yang telah ditinjau oleh ahli medis namun mudah dimengerti untuk melakukan komunikasi dan edukasi terkait kebutuhan informasi atas keselamatan dan kesehatan mereka.

Tak ketinggalan, PT Prodia Widyahusada Tbk (Prodia) juga menghadirkan telekonsultasi bagi pelanggan. Melalui layanan telekonsultasi tersebut, pelanggan diberikan kemudahan untuk melakukan konsultasi dengan dokter yang berada di klinik Prodia mengenai kondisi kesehatannya tanpa harus datang secara langsung ke klinik.

Baca Juga :   BPJS Kesehatan Bisa Tanggung Pasien Corona Jika Ada Diskresi Jokowi

Layanan telekonsultasi dapat dilakukan pelanggan dengan menghubungi cabang Prodia terdekat atau menghubungi Kontak Prodia 1500-830 untuk membuat jadwal konsultasi dengan dokter di klinik.

Setelah pelanggan membuat janji penggunaan layanan telekonsultasi dan telah melakukan pembayaran, petugas Prodia akan mengirimkan email kepada pelanggan yang bersangkutan yang berisi jadwal, durasi dan undangan dengan tautan Webex. Adapun setiap sesi telekonsultasi dilakukan sesuai jam layanan dokter di cabang Prodia dan berdurasi maksimal selama 30 menit.

Apabila diperlukan tindakan lanjutan maka dokter akan memberikan rujukan sesuai dengan kondisi pelanggan, seperti memberikan pengantar untuk pemeriksaan di Prodia, vaksinasi di Prodia, dan pemberian resep.

“Kami terus berupaya untuk meningkatkan kemudahan akses layanan kesehatan bagi pelanggan pada masa pandemi Covid-19 ini sehingga pelanggan dapat melakukan konsultasi kesehatan tanpa harus datang ke fasilitas layanan kesehatan kami,” kata Direktur Utama Prodia Dewi Muliaty.

Berbeda dengan perusahaan rintisan (startup) travel, Opsigo. Startup ini melakukan pivotingdari fokus bisnis pariwisata ke arah manajemen dan pendataan ketersediaan tempat tidur rumah sakit. Ospigo banting setir di kala industri pariwisata babak belur dihantam Covid-19.

Opsigo merupakan perusahaan yang menyediakan sistem pemesanan (booking) terintegrasi bagi para agen travel, korporasi, karyawan, dan mitra traveling, serta agregator vendor dan penyedia layanan travel. Namun melihat Covid-19 membunuh pariwisata, tapi ada peluang lain yang bisa digarap. Ospigo melihat kebutuhan dari pemerintah untuk mengetahui informasi terkait jumlah ruang rawat yang tersedia pada setiap rumah sakit dan menyediakan informasi tersebut kepada masyarakat. Oleh karena itu startup ini meluncurkan produk pivot menggunakan teknologi yang awalnya dimanfaatkan untuk mengelola dan mendeteksi ketersediaan kamar hotel bergeser untuk pengalokasian tempat tidur di rumah sakit.

Baca Juga :   Prodia Siapkan Fasilitas Tes PCR Corona dengan Hasil Cepat

Melalui integrasi API dengan sistem yang berada di rumah sakit, rumah sakit tersebut dapat melakukan input pasien dan secara otomatis akan terintegrasi sehingga data mengenai daftar tempat tidur tersedia yang diberikan Opsigo kepada pemerintah secara aktual.

“Jadi memang setelah masa pandemi, produk pivot, ini akan kita kembangkan. Kita akan lebih banyak menjadi hospital manajemen sistem konsep yang lebih utuh,” ujar CEO Opsigo Edward Jusuf.

Edward mengatakan Ospigo telah akan bekerjasama dengan Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi, dan Kementerian Komunikasi dan Informasi untuk dapat menyiapkan sarana teknologi internet di desa-desa. Setelah internet telah masuk ke desa, Opsigo dapat memasukkan sistem mereka untuk dipergunakan Puskesmas yang berada di desa. Alhasil, desa-desa dapat mendata dan mengalokasikan pasien dan stok obat sehingga Kementerian Kesehatan mendapat akses penuh terhadap seluruh kesehatan masyarakat di desa-desa terpencil secara online.

 

Berita ini dapat dibaca juga di e-magazine The Iconomics. Dapatkan berita lainnya di e-magazine.

Leave a reply

Iconomics