Fintech Indonesia Mendorong Inklusi Keuangan dengan Layanan Keuangan Digital

0
434

Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan memaparkan mengenai pemulihan ekonomi Indonesia pasca pandemi saat menjadi pembicara utama 4th Indonesia Fintech Summit (IFS). Menko Luhut mengutarakan bahwa Indonesia memiliki visi salah satunya yaitu menjadi negara berpenghasilan tinggi pada 2024 mendatang.

Menurutnya, PDB per kapita diperkirakan mencapai US$10.000 dan PDB Indonesia dapat mencapai US$3,0 triliun dalam dekade berikutnya. Untuk mencapai target tersebut, Indonesia harus mampu membendung pandemi dan memulihkan perekonomian dari berbagai tantangan global saat ini. Selain itu, Indonesia juga perlu melakukan transformasi ekonomi dari berbasis komoditas menjadi berbasis industri, meningkatkan efisiensi melalui digitalisasi, memperkuat ketahanan ekonomi melalui peningkatan dana desa, serta mengurangi dampak perubahan iklim melalui dekarbonisasi dan transisi energi.

Untuk mencapai visi Indonesia pada 2024 sebagai negara dengan berpenghasilan tinggi, saat ini Indonesia juga sedang meningkatkan efisiensi melalui digitalisasi. Salah satunya, pemerintah Indonesia melakukan kebijakan agar pengeluaran pemerintah melalui e-catalog dengan memprioritaskan produk buatan lokal anak bangsa. Kemudian, pemerintah juga mengandalkan aplikasi SIMBARA yang merupakan wadah integrasi seluruh data pengelolaan sumber daya mineral dan batu bara di Indonesia. Pemerintah juga meningkatkan efisiensi pelabuhan melalui Ekosistem Logistik Nasional. Proses digitalisasi ini diharapkan dapat mengurangi biaya dan kasus korupsi di Indonesia, serta dapat meningkatkan pendapatan negara dan industri lokal.

Baca Juga :   Mengenal Tommy, Pendiri Perusahaan Fintech yang Biayai Pendidikan

Dalam acara yang digelar oleh pemerintah bersama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Indonesia (BI), Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH), serta para pelaku industri ini, Ketua Dewan Pengurus Harian Asosiasi Fintech Indonesia Pandu Patria Sjahrir menyampaikan IFS menjadi upaya AFTECH untuk meraih visi, yakni mendorong inklusi keuangan melalui layanan keuangan digital. Sebagai asosiasi yang resmi ditunjuk oleh OJK untuk menaungi penyelenggara Inovasi Keuangan Digital (IKD).

Direktur Utama Rupiah Cepat Yolanda Sunaryo juga menyampaikan harapannya melalui kegiatan tersebut topik yang dibahas dalam IFS ke-4 ini mengenai industri dan regulasi terkini, jaringan, serta perumusan strategi advokasi atau aksi percepatan digitalisasi di industri jasa keuangan dapat mendorong pemulihan ekonomi Indonesia.

Sebagai salah satu fintech lending, Rupiah Cepat menyampaikan telah memberikan pendanaan dengan total akumulasi pinjaman sejak 24 Mei 2018 hingga sekarang sekitar Rp15,7 triliun.

Leave a reply

Iconomics