
Kepala BKF: Krisis Energi dan Pengetatan Moneter di Negara Maju Bisa Pengaruhi Aliran Modal

Tangkapan layar YouTube, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu/Iconomics
Sementara impor di bulan Oktober 2021 mencapai US$162.9 miliar dan secara kumulatif Januari hingga Oktober 2021 mencapai US$155.3 miliar. Nilai ini mendekati nilai impor full year di tahun 2020. Selama tahun 2021 diperkirakan ekspor dan impor akan menunjukkan kinerja yang meningkat sehingga neraca pembayaran akan tetap mencatatkan surplus.
Sementara itu dari sisi neraca jasa, peningkatan defisit neraca jasa disebabkan oleh peningkatan pembayaran (impor) jasa freight untuk memenuhi kebutuhan ekspor dan impor barang. Di sisi lain, defisit ekspor jasa terutaman disebabkan oleh penurunan jumlah wisatawan mancanegara. Di sektor jasa, Pemerintah juga akan terus menopang dan mendorong pemulihan dan penguatan ekspor jasa, diantaranya melalui keberlanjutan strategi pengembangan dan promosi daerah wisata Indonesia. Sementara itu, neraca pendapatan primer mengalami defisit sebesar US$8,33 miliar. Sedangkan neraca pendapatan sekunder tercatat surplus USD1,46 miliar, relatif stabil, dan masih ditopang oleh penerimaan transfer personal.
Kinerja transaksi modal dan finansial mengalami peningkatan di tengah masih tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global. Pada kuartal ini, terjadi surplus transaksi modal dan finansial yang mencapai USD6,1 miliar atau senilai 2% dari PDB, mencatatkan peningkatan yang cukup besar dibandingkan kuartal II 2021 yang hanya sebesar US$1,6 miliar (0,61% dari PDB). Tingginya kenaikan surplus terutama ditopang oleh perbaikan kinerja investasi lainnya serta surplus investasi langsung dan investasi portofolio yang masih terjaga.
Pemerintah juga mencatatkan terjaganya surplus aliran arus modal asing yang melalui investasi langsung hingga mencapai US$3,3 miliar, meskipun surplus ini sedikit mengalami penurunan jika dibandingkan kuartal sebelumnya akibat adanya restriksi mobilitas. Selain itu, terjadinya kenaikan harga komoditas global sepertu batu bara serta CPO, turut mendorong masuknya aliran modal asing melalui investasi langsung, terutama di sektor pertambangan dan industri pengolahan. Hal ini menandakan bahwa kepercayaan investor untuk berinvestasi jangka panjang masih cukup besar ditopang oleh prospek positif perekenomian domestik. Di sisi lain, meskipun ketidakpastian di pasar keuangan global masih cukup tinggi terutama yang disebabkan sentimen normalisasi kebijakan moneter Amerika Serikat, kinerja investasi portofolio masih mampu membukukan surplus sebesar US$1,1 miliar, di tengah tekanan arus keluar investor asing di pasar obligasi pemerintah.
Membaiknya kinerja transaksi modal dan finansial juga tidak terlepas dari kinerja investasi lainnya yang mampu mengalami surplus sebesar US$1,5 miliar, atau mengalami pembalikan dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencatatkan defisit US$7,7 miliar. Tingginya surplus dari sisi investasi lainnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adanya penurunan pembayaran pinjaman luar negeri sektor swasta dan peningkatan penempatan simpanan nonresiden pada sistem perbankan dalam negeri. Dari sisi sektor publik, tambahan alokasi Special Drawing Rights (SDR) yang diterima dari IMF turut menopang terjadinya surplus di investasi lainnya ini.
Berdasarkan perkembangan dari Neraca Pembayaran Indonesia di kuartal III ini, cadangan devisa Indonesia pada akhir kuartal III ini turut mengalami peningkatan menjadi sebesar US$146,9 miliar, atau setara pembiayaan 8,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri (ULN) pemerintah. Posisi ini merupakan posisi cadangan devisa Indonesia tertinggi sepanjang sejarah. Peningkatan cadangan devisa dapat mendukung ketahanan sektor eksternal serta mendukung kebijakan stabilisasi nilai tukar.
Meskipun kinerja NPI positif, ketidakpastian di pasar keuangan global diperkirakan masih cukup tinggi. “Kekhawatiran dari berlanjutnya krisis energi yang saat ini terjadi di beberapa negara di dunia serta perkembangan dari kebijakan pengetatan moneter dari negara-negara maju diperkirakan akan turut memengaruhi keberlanjutan aliran modal ke dalam negeri,” kata Febrio.
Halaman BerikutnyaLeave a reply
