Potret Industri Sawit dan Turunannya Tahun 2019, Tumbuh di Tengah Ekonomi yang Lesu

0
563
Reporter: Petrus Dabu

Industri sawit Indonesia pada tahun 2019 lalu masih tumbuh cukup baik di tengah ekonomi domestik dan global yang lesu. Baik dari sisi produksi, penyerapan pasar domestik maupun ekspor tercatat mengalami pertumbuhan.

Menurut data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) sepanjang 2019 lalu, produksi Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO) Indonesia sepajang 2019 lalu mencapai 51,7 juta ton. Rinciannya, CPO sebanyak 47,1 juta ton dan sisanya 4,6 juta ton adalah PKO.

“Sembenarnya setahun kemarin itu masih normal, dalam hal tren kenaikan masih normal. Hanya di dua bulan terakhir saja yang agak sedikit terjadi melandai,” ujar  Ketua Umum Gapki Joko Supriyono dalam konfrensi pers bertajuk ‘Refleksi Industri Sawit Tahun 2019 dan Prosepek Tahun 2020’ di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Senin (3/2).

Joko mengatakan dibandingkan tahun 2018, tingkat produksi tahun 2019 lalu tersebut naik sebesar 9%, dimana tahun 2018 produksi CPO dan PKO  sebesar 47 juta ton.

Meski naik, menurut Joko sebenarnya tangkat produktifitas industri kelapa sawit Indoensia masih rendah. Ia mengungkapkan selama ini data luas lahan yang menjadi acuan Gapki adalah 14,3 juta hekatar (ha). Namun, baru-baru ini pemerintah merilis data luasan lahan sawit Indonesia yang baru yaitu sebesar 16,3 juta ha.

Baca Juga :   Kebijakan Pungutan Ekspor US$0 per MT Berlanjut

“Selama ini kita menggunakan angka 14 juta ha, kalau kita lihat productivity minyanyaknya 2,8 ton per ha. Memang rendah. Jadi kalau dibilang Indoenesia rendah ya memang betul rendah. Apalagi sekarang kalau kita menggunakan data terbaru, itu tinggal 2,6 ton minyak per ha,” jelasnya.

Kinerja Ekspor

Sepanjang 2019 lalu, total volume ekspor CPO, olahan CPO dan turunannya, biodiesel dan oleochemical  mencapai 36,1 juta ton naik 4% dibandingkan 2018. Sedangkan nilai ekspornya mencapai US$ 19 miliar, turun 17% dibandingkan tahun 2018 yang mencapai US$ 23 miliar.

Destinasi utama ekspor produk sawit tahun 2019 selain produk oleochemical dan biodiesel adalah China ( 6 juta ton), India (4,8 juta ton) dan Uni Eropa (4,6 juta ton). Khusus untuk produk olechemical  dan biodiesel, ekspor terbesar adalah ke China (825 ribu ton), diikuti Uni Eropa (513 ribu ton).

Kinerja ekspor produk sawit ke sejumlah negara (Sumber: Gapki)

Kinerja ekspor ke sejumlah negara tercatat mengalami penurunan. Penurunan terbesar adalah ekspor ke India yaitu sebesar 36,6%, disusul ekspor ke Banglades yang turun sebesar 14,6%. Sedangkan kenaikan ekspor terbesar adalah ke China yaitu naik 21,5% dan ke Afrika yang naik sebesar 11,5%.

Baca Juga :   Gapki: Ekspor CPO ke China dan India Turun Signifikan

Joko menyamapaikan industri sawit Indonesia sudah berhasil melakukan hilirisasi. Ini terlihat dari komposisi ekspor yang lebih banyak produk olahan. Menurutnya, dari total volume ekspor tahun 2019, ekspor CPO hanya 20%. Sedangkan, 65% adalah produk olahan dan turunan. Kemudian, 3% adalah ekspor biodiesel dan 9% oleochemical.

“Komposisinya mirip dari tahun ke tahun, dari tahun lalu [2018] kurang lebih sama. Ini menunjukkan sebenarnya industrialisasi atau hilirisasi kita bisa dikatakan sukeses,” ujarnya.

Untuk penyerapan di pasar domestik sendiri, Joko menyampaikan industri makanan meyerap sekitar 9,8 juta ton, naik 49% dibandingkan tahun 2018. Kemudian untuk biodiesel mencapai 5,7 juta ton naik 51%. Sedangkan olechemical pada tahun 2019 lalu yang terserap pasar domesitk naik 9%.

“Over all pasar domesitk kita menguat cukup signifikan, artinya kalau secara persentase dibandingkan tahun lalu naik 25%,” ujarnya.

 

Leave a reply

Iconomics