
Laporan Keuangan Masih Rugi, Bagaimana Upaya GOTO Menggapai Profitabilitas?

Andre Soelistyo, Mantan Direktur Utama/Chief Executive Officer/Co-Founder PT Goto Gojek Tokopedia Tbk
PT Goto Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada April lalu masih membukukan rugi bersih, baik pada laporan keuangan tahun 2021, maupun pada laporan keuangan kuartal pertama 2022. Perseroan telah menyiapkan strategi untuk menggapai profitabilitas.
Mengutip laporan keuangan tahun 2021, GOTO yang merupakan perusahaan hasil merger dari Gojek dan Tokopedia, membukukan rugi bersih sebesar Rp21,39 triliun, lebih tinggi dibanding rugi bersih tahun 2020 yang sebesar Rp14,20 triliun.
Kondisi serupa masih terjadi pada kuartal pertama 2022. GOTO membukukan rugi bersih sebesar Rp6,47 triliun, meningkat dibandingkan nilai rugi bersih pada periode kuartal pertama 2021 yaitu sebesar Rp1,81 triliun.
Andre Soelistyo, Direktur Utama/Chief Executive Officer/Co-Founder PT Goto Gojek Tokopedia Tbk mengatakan untuk meraih profitablitas, pertama-tama, GOTO fokus pada pertumbuhan bisnis yang berkualitas dan berkelanjutan.
“Pertumbuhan kami didasari oleh pengembangan produk dan layanan yang unggul serta dipercaya oleh banyak pelanggan. Dengan kepercayaan tersebut, kami optimis mereka akan semakin banyak menggunakan produk dan layanan yang kami tawarkan sehingga kami akan terus menjadi ekosistem digital terdepan di Indonesia,” ujar Andre pada paparan publik tahunan GOTO, Jumat (10/6).
Prioritas kedua adalah mencapai profitabilitas. Andre mengatakan untuk mencapai profitabilitas, aktivitas operasional perusahaan harus berjalan dengan efisien, khususnya dengan peningkatan monetisasi sebagai sumber pendapatan serta penurunan biaya operasional.
“Setiap inisiatif yang kami jalankan untuk membuat bisnis kami menjadi lebih efisien, akan terus mendekatkan kami pada profitabilitas,” ujarnya.
Langkah ketiga adalah mengoptimalkan sinergi ekosistem yaitu on demand services, e-commerce, dan fintech untuk memberikan nilai tambah bagi para mitra dan konsumen. “Kami memanfaatkan seluruh keunggulan ekosistem kami yang unik dan tidak dimiliki oleh perusahaan-perusahaan serupa agar kami dapat mempercepat tercapainya profitabilitas,” ujar Andre.
Menurut Andre ketiga strategi yang diimplementasikan ini telah membuahkan hasil. Pada kuartal pertama 2022, keseluruhan nilai transaksi bruto (GTV) GOTO tumbuh 46% yoy menjadi Rp140 triliun. Jumlah pesanan konsumen dalam eksosistem GOTO juga tumbuh sebesar 41% yoy atau mencapai 656 juta pesanan.
“Fokus kami pada monetisasi telah menghasilkan peningkatan pendapatan bruto sebesar 53% yoy menjadi Rp5 triliun,” ujar Andre.
Meski masih membukukan kerugian, tetapi GOTO perlahan-lahan bergerak meraih profit. Indikator take rate atau bagian dari transaksi dalam ekosistem GOTO yang menjadi pendapatan bagi GOTO meningkat 20 basis poin dari 3,5% pada kuartal pertama 2021 menjadi 3,7% pada kuartal pertama 2022.
Selain mengoptimalkan monetisasi, Andre mengatakan GOTO juga berkomitmen untuk melakukan efisiensi biaya. Insentif bagi pelanggan serta biaya sales dan marketing telah berkurang sebesar masing-masing 90 basis poin dan 40 basis poin dari GTV GOTO pada kuartal pertama tahun ini bila dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Sementara itu, margin kontribusi meningkat 100 bps dan margin EBIDA yang disesuaikan meningkat 70 bps secara kuartalan.
“Peningkatan ini meyakinkan kami bahwa upaya peusahaan menuju profitabilitas sudah berada pada jalur yang tepat. Perlu saya sampaikan juga bahwa indikator margin kontribusi dan margin EBIDA yang disesuaikan merupakan indikator yang sesuai dalam mengukur efisiensi bisnis GOTO. Ini adalah awal dari perjalanan kami untuk memperkuat ekosistem dengan memperbesar skala ekonomi dan meningkatkan efisiensi biaya. Kami akan terus memperkuat sinergi ekosistem sebagai landasan untuk mencapai profitabilitas,” ujar Andre.
Leave a reply
