
Meski Tumbuh, Perbankan Syariah Indonesia Masih Kalah Jauh dari Skala Global

Tangkapan layar YouTube, Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo/Iconomics
Pembiayaan dan pendanaan perbankan syariah Indonesia disebut tumbuh sekitar 12% hingga 15% dalam 5 tahun terakhir. Akan tetapi, pertumbuhan ini jika dibandingkan perbankan syariah di negara-negara dengan penduduk muslim besar di dunia, skala ini dinilai masih kecil.
“Memang skala dari bank syariah Indonesia memang jauh dibanding skala pemain global, semisal dari aset,” kata Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo atau Tiko dalam sebuah webinar, Rabu (9/12).
Tiko menuturkan, total aset bank syariah milik BUMN, misalnya, baru mencapai US$ 15 miliar. Sementara Al Rajhi Bank memiliki aset mencapai US$ 102 miliar dan Kuwait Finance House mencapai US$ 64 miliar. Karena masih jauh dari skala global, maka efisiensi pemain syariah nasional masih di bawah standar rata-rata 56%.
Menurut Tiko, meski masih jauh dari skala global, perbankan syariah nasional mengalami pertumbuhan yang jauh lebih tinggi ketimbang perbankan konvensional. Pertumbuhan aset daripada pembiayaan syariah, misalnya, mencapai 12,2%. Lalu, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) mencapai 13,8%, 2 kali lipat dari pendanaan konvensional.
“Di masa krisis pertumbuhan DPK di perbankan syariah juga sangat cepat. Karena itu menarik kondisi perbankan syariah sangat likuid dan loan to deposit ratio (LDR) perbankan syariah sangat rendah saat ini sehingga kemampuan bank syariah berekspansi meningkatkan kredit sangat besar ke depan,” kata Tiko.
Tiko mengatakan, perbankan syariah ini menarik karena sesungguhnya sangat menguntungkan. Meski perbankan dikelola berdasarkan fiqih syariah tapi tujuannya akhirnya secara ekonomi menciptakan nilai. Itu sebabnya, return on equity (ROE) pemain syariah di luar negeri-negeri tinggi-tinggi.
Lalu apa yang menyebabkan demikian? Setelah diselidiki, kata Tiko, ada 2 hal yang menyebabkan perbankan syariah sangat profit. Pertama, pendanaannya itu banyak bersifat bagi hasil, maka cost of fund-nya jadi murah kalau dibandingkan dengan bank konvensional yang banyak persaingan.
“Secara alami orang yang menyimpan di bank syariah ini orang-orang taat sehingga mau bagi hasil bahkan kadang nggak ada bunga. Jadi pendaaannya jauh lebih murah dibanding bank konvensional,” kata Tiko.
Kedua, kata Tiko, dari sisi aset. Sebagian aset terhubung dengan aset tertentu. Karena itu, jika kelola aset kredit bank syariah dengan baik, maka risikonya rendah karena ada aset yang mendukung. “Jadi, kalau ada kemacetan maka beban kepada banknya menjadi rendah,” kataTiko.
Leave a reply
