
Setelah Hengkang di Bulan Maret, Dana Asing Mulai Masuk ke SBN

Gubernur BI Perry Warjiyo/Lifepal.co.id
Investor asing sudah kembali membeli Surat Berharga Negara (SBN) yang diterbitkan oleh pemerintah Indonesia sejak April lalu, setelah sepanjang Maret hengkang atau terjadi outflow besar-besaran.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan sepanjang Maret lalu total net sell asing di SBN sebesar Rp 121,26 triliun. Karena pada wkatu itu terjadi kepanikan di pasar keuangan global.
“Tetapi di April mulai terjadi inflow [aliran modal masuk/net buy]. Memang ada juga outflow [net sell/aliran modal keluar]. Sehingga secara keseluruhan di bulan April itu outflow atau keluarnya itu jauh lebih kecil yaitu Rp 2,14 triliun, itu ada tiga minggu yang inflow dan dua minggu yang outflow,” ujarnya dalam konferensi pers perkembangan ekonomi terkini secara virtual, Senin (6/5).
Secara rinci, Perry memaparkan pada minggu pertama April terjadi inflow sebesar Rp 5,73 triliun. Selanjutnya pada minggu kedua, terjadi outflow Rp 7,98 triliun. Kemudian pada minggu ketiga terjadi outflow lagi sebesar Rp 2,41 triliun. Pada minggu keempat dan kelima April, terjadi inflow masing-masing sebesar RP 0,1 triliun dan 2,42 triliun.
Tren inflow atau kembalinya modal asing ke SBN terjadi lagi pada minggu pertama Mei hingga 5 Mei yaitu sebesar RP 1,77 triliun.
Perry optimis ke depan tren inflow ini akan terus berlanjut. Apalagi secara historis dari 2011-2019, mayoritas didominasi oleh periode inflow.
“Kalau kita lihat dari 2011-2019, itu terjadi periode outflow atau keluarnya asing dari SBN itu empat bulan. Maksimum empat bulan, ada yang dua bulan, tiga bulan, empat bulan, tetapi maksimum empat bulan,” ujarnya.
Rata-rata jumlah outflow selama periode outflow itu adalah Rp 29,2 triliun per bulan.
Sisanya, selama 21 bulan terjadi periode inflow dengan jumlahnya rata-rata per bulannya Rp 229,2 triliun.
“Itu yang mendasari kami yakin inflow itu akan masuk, akan mendukung pembiayaan pemerintah untuk menangani Covid dan juga mendukung stabilitas nilai tukar rupiah ke depan,” ujarya.
Suku bunga di Indonesia juga lebih besar ketimbang di Amerika Serikat sehingga menurut Perry pasar keuangan Indonesia lebih menarik.
“Perbedaan suku bunga itu sangat tinggi, kalau yield SBN kita 10 tahun itu sekitar 8,02%, kalau di Amerika kurang lebih sekitar o,3%-0,4%. Itu perbedaannya lebih dari 7,5%. Itu menarik bagi investor asing untuk membeli SBN kita,”ujar Perry.
Leave a reply
