Catatan Holding Perkebunan Nusantara PTPN III Soal CPO dan Biodiesel

0
993

PT Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) melihat besar potensi Indonesia untuk memperkuat energi dengan memperluas penggunaan kelapa sawit (biodiesel). Kuatnya komitmen pemerintah dan industri otomotif menjadi kunci utamanya.

Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III Mohammad Abdul Ghani menceritakan kondisi perkelapasawitan di Indonesia dalam webinar Government Roundtable Series 2: Pemulihan Ekonomi di Sektor Pertanian yang digelar Senin (19/10/2020). Ia mengatakan luas lahan sawit di Indonesia sekitar 15 hingga 16 juta hektar. Perluasan lahan masih sangat memungkinkan untuk dilakukan di Indonesia. Bahkan Ghani menyebut masih bisa diperluas hingga 20 juta hektar.

Begitu juga soal produktivitas. Ia optimistis Indonesia bisa memiliki produktivitas sebesar Malaysia. Sekarang rata-rata produktivitas lahan sawit di Indonesia 3 ton per hektar. Ghani mengungkapkan kalau pemerintah terus meningkatkan peremajaan sawit rakyat maka produktivitas bisa mencapai 4 ton per hektar seperti Malaysia.

“Kalau kita bisa memiliki 20 juta hektar maka 80 juta CPO (crude palm oil) dapat kita hasilkan,” kata Dirut Abdul Ghani.

Baca Juga :   Setoran Dividen dan Pajak BUMN ke Kas Negara Dinilai Belum Ideal

Dalam kesempatan ini, ia juga mengkritisi penyerapan biodiesel dari sawit. “Saya hitung, kalau saat ini bahan bakar digunakan 30% maka yang terpakai biodieselnya hanya 4,7 juta kiloliter artinya hanya 10% daripada produksi CPO nasional,” kata Ghani.

Ia berharap pemerintah dapat terus mendorong penggunaan biodiesel di dalam negeri. Harapannya komposisi ekspor dan penggunaan CPO di dalam negeri dapat dibalik dari kondisi saat ini. Ia mengatakan kalau saat ini 80% CPO diekspor, maka ke depan harusnya dibalik.

Dirut Holding Perkebunan PTPN III ini juga berharap bila pemerintah berniat meningkatkan konsumsi biofuel dalam blending energy, maka sebenarnya bisa dilakukan dengan insentif fiskal.

“Saya ambil contoh yang sederhana saja, misalkan PPN BM untuk kendaraan yang berbahan bakar premium dengan yang berbahan bakar solar dibedakan. Misalkan PPN BM untuk mobil yang berbahan bakar solar lebih murah maka memungkinkan terjadinya migrasi,” kata Ghani.

Disisi lain ia juga menyoroti pabrikan otomotif.  “Kami sudah mencoba selama 2 tahun, yang satu pakai solar fuel dan yang satunya pakai B50 tidak ada masalah. Sebenarnya itu political will dari kebijakan pemerintah dan industri otomotif,” kata Ghani.

Baca Juga :   Rencana Perdamaian Resmi Disahkan, Garuda Indonesia Siap Akselerasikan Pemulihan Kinerja

Untuk mendorong industri perkelapasawitan, Holding Perkebunan juga telah melakukan sejumlah inisiatif bisnis. Perseroan bersama dengan Pertamina sedang melakukan pembangunan kilang-kilang yang bisa memproduksi CPO menjadi green diesel dan FAME.

“Kami sedang mengembangkan katalis PPKS 5.1 itu bisa mengolah dari CPO bisa berubah langsung menjadi FAME. Sekarang masih dalam proses pilot. Kalau itu berhasil maka bisa dibangun fasilitas sederhana di samping kebun kelapa sawit,” kata Ghani.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics