
Kementerian BUMN Diminta Jelaskan soal PMN Garuda dan Perhatikan Citilink

Tangkapan layar, anggota Komisi VI DPR Deddy Yevri Hanteru Sitorus/Iconomics
Anggota Komisi VI DPR Deddy Yevri Hanteru Sitorus meminta Kementerian BUMN menjelaskan soal penyertaan modal negara (PMN) kepada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Apalagi Garuda tidak hanya melayani masyarakat dan memberi keuntungan kepada negara, tapi juga berperan mengkoreksi harga sehingga memberi pilihan terbaik kepada masyarakat.
“Saya ingin mendapatkan informasi terkait Garuda. Saat ini masyarakat tidak memiliki pilihan lain, karena tidak ada koreksi harga dari BUMN terhadap harga yang ditetapkan oleh penguasa penerbangan kita,” kata Deddy di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (5/12).
Selanjutnya, kata Deddy, pihaknya juga mendorong Kementerian BUMN untuk memperhatikan Citilink sebagai anak perusahaan Garuda Indonesia. Soalnya, kondisi Citilink saat ini membutuhkan perhatian serius dari pemerintah.
“Perhatian khusus saya kira dalam hal ini mungkin Pak Kartika Wirjoatmodjo (Wakil Menteri BUMN) kepada Citilink, ini harus perhatian yang sangat serius, dan saya berharap ini kita tidak main-main, karena kondisinya menurut saya tidak sangat baik,” ujar Deddy.
Menanggapi hal itu, Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, proses pencairan PMN Garuda mengalami hambatan lantaran proses peraturan pemerintah (PP) yang mengatur tentang hal tersebut keluar terlambat. Setelah mendapat kepastian, kata Tiko sapaan akrabnya, PMN Garuda akan cair pada minggu ketiga Desember 2022.
“Karena itu kemarin kita memang mendanai sebagian perbaikan pesawat dengan perusahaan pengelola aset (PPA), dan per bulan ini itu 80 pesawat sudah beroperasi, Garuda plus Citilink, akhir tahun 100 unit. Jadi, memang agak terlambat sedikit, nanti 120 operasi di Kuartal I/2023. Jadi, nanti diharapkan memang kuartal I seluruh armada beroperasi penuh setelah cairnya PMN di Desember ini,” ujar Tiko.
Terkait Citilink, kata Tiko, pihaknya berencana menambah armadanya pada 2024 untuk memenuhi kebutuhan maskapai yang berada di daerah-daerah seluruh Indonesia. “Karena memang armada Citilink kita harapkan lebih besar, end game-nya nanti sekitar 56 pesawat. Mungkin nanti beberapa tahun ke depan menjadi lebih besar untuk menjangkau daerah-daerah. Kalau Garuda memang posisikan sebagai super premium airlines,” kata Tiko.
Leave a reply
