Survei SMRC: Pemilih Beretnik Jawa Mayoritas Pilih Ganjar sebagai Capres

0
563
Reporter: Rommy Yudhistira

Hasil survei Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) menunjukkan Ganjar Pranowo unggul pada pemilih beretnik Jawa dibanding kandidat calon presiden (capres) lain yang akan tampil di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Adapun jumlah pemilih yang beretnik Jawa mencapai 40,5%.

Sementara itu, kata pengamat politik Saiful Mujani, pemilih yang beretnik Sunda memilih sebesar 15% dari responden. Dan secara keseluruhan etnik lainnya sebesar 59,5%.

Dari 40,5% pemilih yang beretnik Jawa, kata Saiful, 53% memilih Ganjar, 20% memilih Prabowo Subianto, dan 16% memilih Anies Baswedan. Sedangkan, sebanyak 11% responden tidak memilih.

Perbedaan signifikan tersebut, kata Saiful, karena faktor keturunan dari para capres tersebut. Meski Prabowo dikenal sebagai orang Jawa, namun dari sisi keturunan tidak sekental Ganjar. Secara garis keturunan ayah Prabowo memang berasal dari Jawa, tetapi ibunya berasal dari Manado. Berbeda dengan Ganjar yang memiliki ayah dan ibu yang berasal dari Jawa.

“Perbedaan dukungan tersebut menunjukkan bahwa unsur etnis penting dalam perilaku pemilih di Indonesia. Latar belakang etnis pemilih membuat perbedaan dalam pilihan. Suara dari kelompok etnis terkonsentrasi pada satu calon, tidak menyebar secara seimbang. Di masyarakat kita, faktor etnik masih berpengaruh,” kata Saiful dalam sebuah diskusi virtual beberapa waktu lalu.

Baca Juga :   Bappilu PPP Akan Keliling Jalin Komunikasi Politik dengan Berbagai Parpol Pekan Depan

Menurut Saiful, apabila digabungkan etnik di luar etnik Jawa juga memiliki persentase yang cukup besar. Namun, karena alasan teknis, etnik-etnik selain Jawa digabungkan dalam studi tersebut. Tiap-tiap etnik seharusnya dianalisis satu per satu secara terpisah, semisal, etnik Melayu berbeda dengan Sunda, juga beda dengan Bugis, dan lain-lain.

Selanjutnya, kata Saiful, dari 59,5% pemilih yang beretnik non-Jawa, sebanyak 35% memilih Anies, 29% memilih Prabowo, dan 23% menentukan pilihannya kepada Ganjar. Sementara sebesar 13% tidak menyampaikan pilihannya.

Meski Anies unggul pada responden non-Jawa, kata Saiful, namun selisih tersebut tidak sebesar perbandingan responden dari etnik Jawa yang memilih Ganjar. Berdasarkan selisih data tersebut, Ganjar relatif masih dapat diterima para pemilih yang bukan berasal dari etnik Jawa. Sebaliknya, para pemilih dari etnik Jawa cenderung tidak memilih capres yang bukan berasal dari Jawa.

“Artinya, data ini mengkonfirmasi pandangan bahwa pemilih Indonesia masih mementingkan SARA. Pemilih Jawa terpusat pada satu tokoh, tidak menyebar,” ujar Saiful.

Saiful menambahkan, jika etnik di luar Jawa dilihat satu per satu, prefensi para pemilih juga tidak terdistribusi secara merata, tapi terkonsentrasi pada satu figur. Misalnya, pada pemilih yang berada di Nusa Tenggara Timur atau Bali cenderung memilih Ganjar, sementara di suku lain lebih ke Ganjar dan Anies.

Baca Juga :   Kemenhub: Puncak Arus Mudik H-3 dan 105 Ribu Kendaraan Tinggalkan Jabodetabek

Sentimen etnik yang kuat, kata Saiful, tidak hanya pada etnik Jawa, tapi juga pada etnik yang lain. Misalnya dalam komunitas Arab di Indonesia, mungkin suara Anies dominan. Hal yang sama terjadi pada etnik Tionghoa di Pilkada DKI Jakarta 2017, di mana suara mereka dominan ke Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.

“Orang yang punya sentimen etnik seperti itu tidak khas etnik tertentu. Tapi itu berlaku bagi semua etnik,” tuturnya.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics