
Begini Kondisi Industri Petrokimia

Pertamina melakukan penjualan produk metanol/Dok. Pertamina
Pengembangan industri petrokimia nasional berperan penting untuk meningkatkan perekonomian serta menyerap tenaga kerja. Namun, substitusi impor masih menjadi tantangan besar dalam pengembangan industri tersebut.
“Hal ini terjadi karena impor produk petrokimia intermediate, bahan baku plastik dan serat sintetis masih cukup besar,” kata Asisten Deputi Migas, Pertambangan dan Petrokimia Kedeputian Pengembangan Usaha Badan Usaha Milik Negara, Riset dan Inovasi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Andi Novianto dalam siaran pers tertulis.
Deputi Pengembangan Usaha Badan Milik Negara, Riset dan Inovasi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Montty Girianna menyatakan bahwa Pemerintah telah melakukan langkah awal untuk melepas ketergantungan impor produk-produk petrokimia, salah satunya dengan restrukturisasi TubanPetro pada tahun 2019 lalu.
Perwakilan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur Eddi Wiyono pada kesempatan tersebut memaparkan peran Jawa Timur sebagai kontributor terbesar kedua di Pulau Jawa terhadap perekonomian nasional pada kuartal I tahun 2021 dengan kontribusi sebesar 24,62%.
Ia mengatakan saat ini jumlah industri petrokimia di Jawa Timur terdiri dari 125 unit usaha Industri Besar dan 270 unit usaha Industri Menengah dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 59.594 orang. Pemerintah Daerah senantiasa memberikan kemudahan dalam pengembangan industri diantaranya dengan menyediakan kawasan-kawasan industri, serta melakukan perubahan RT/RW bila diperlukan.
Dalam pengembangan industri, Pemprov Jatim telah memfokuskan pada Kawasan Strategi Nasional Gerbangkertasusila dan Madura, Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Bromo Tengger Semeru (Selingkar Ijen) dan Selingkar Wilis (Jalur Lintas Selatan).
Perwakilan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PMPTSP) Jawa Timur Rizally Nur Aditya menyampaikan bahwa tahun 2020 ekonomi Jawa Timur mengalami kontraksi 2,39% namun realisasi investasi mampu meningkat sebesar 33,8%.
Menurut Rizally, realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) didominasi oleh investasi di bidang petrokimia yaitu oleh PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia sebesar Rp4,9 triliun di Kabupaten Tuban. Selain itu Proyek Grass Root Refinery (GRR) Tuban telah dimasukkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Jawa Timur.
PT Pertamina yang diwakili oleh Andi Prihandono mengutarakan keinginan Pertamina untuk dapat berpartisipasi lebih dalam bisnis petrokimia karena saat ini porsi Pertamina dalam bisnis tersebut hanya 10%. Peningkatan permintaan petrokimia sebesar 3% per tahun masih dipenuhi oleh barang impor sehingga menjadikan petrokimia sebagai attractive growth market dan key long term growth driver bagi Pertamina.
“Diharapkan tahun 2030 Pertamina dapat menjadi Leading Company di sektor petrokimia di Indonesia dengan berbagai proyek besarnya. Beberapa proyek Pertamina yang berada di Jawa Timur seperti GRR Tuban, Revamping Platforming dan Aromatic PT. Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) dan Proyek Olefin TPPI bertujuan untuk meningkatkan produksi BBM dan produk-produk petrokimia,” kata Andi Prihandono.
Sementara itu, PT. Petrokimia Gresik (PKG) yang diwakili Widodo Heru mengaku pihaknya sedang melakukan revitalisasi pabrik dan pembangunan Pabrik Soda Ash. Pembangunan Soda Ash ini mempunyai keunggulan sebagai subsitusi impor sekitar US$75 Juta pertahun dan diharapkan dapat beroperasi tahun 2024.
Leave a reply
