BI: Dorong Masyarakat Berinvestasi di Sektor Properti

0
494

Bank Indonesia (BI) menilai sektor properti masih menunjukkan adanya potensi meski pertumbuhan ekonomi dan kredit perbankan mengalami kontraksi. Terlebih masyarakat sebenarnya masyarakat masih memiliki dana untuk berinvestasi yang seharusnya bisa didorong ke sektor properti.

Menurut Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial BI Yanti Setiawan, bukti masyarakat memiliki dana meski dilanda pandemi Covid-19 tampakdari minat rumah tangga terhadap instrument keuangan meningkat. Dengan menurunnya suku bunga deposito, pangsa kepemilikan saham retail oleh masyarakat menunjukkan peningkatan.

“Investasi pada emas juga meningkat cukup drastis pada kuartal III tahun lalu. Jumlah investor menunjukkan peningkatan cukup siginifikan. Masyarakat kita masih punya dana untuk beinvestasi yang bisa didorong untuk bidang lainnya,” kata Yanti dalam diskusi virtual, Jumat (19/2).

Preferensi masyarakat berinvestasi di sektor properti, kata Yanti, juga meningkat. Buktinya ada pertumbuhan penjualan rumah tapak. Peningkatan cukup besar dan positif, nilainya terutama pada rumah tipe menengah yang kisaran harganya Rp 300 juga hingga Rp 750 juta. Mengutip data dari rumah.com, pembelian rumah dilakukan untuk investasi.

Baca Juga :   Anggota Komisi XI Soroti Strategi Kenaikan Suku Bunga BI, Ini Jawaban Perry Warjiyo

Selanjutnya, kata Yanti, dari sisi harga berdasarkan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) untuk rumah primer menunjukkan peningkatan pada tipe menengah. Sementara dari spasial di daerah Surabaya dan Medan menunjukkan peningkatan untuk rumah primer. Sedangkan, stok rumah sekunder menunjukkan peningkatan yang cukup tajam di daerah Tangerang dan Jakarta.

“Untuk IHPR harga rumah sekunder menunjukkan penurunan di beberapa daerah dan ini menjadi peluang melakukan investasi pada rumah-rumah sekunder,” ujar Yanti.

Karena itu, kata Yanti, prospek penjualan properti berpotensi meningkat. Apalagi pembelian properti tidak lagi untuk digunakan melainkan untuk investasi. Itu tampak dari rasio kartu keluarga (KK) terhadap sertifikat tanah lebih dari 1 meningkat. Dengan kata lain, setiap 1 keluarga memiliki lebih dari 1 rumah.

“Dari sertifikat juga bisa kita lihat penerbitan sertifikat hak guna bangunanjuga meningkat dibandingkan sertifikat hak milik (SHM). Artinya ditujukan untuk investasi karena non-investor cenderung pakai SHM,” kata Yanti.

Leave a reply

Iconomics