
Green Tech, Embedded Finance dan Healthtech akan Menjadi Sasaran Investor di Tahun 2023

Peluncuran Startup Report 2022: Toward More Sustainable Startup Ecosystem in Indonesia/Dok. GDP Ventures
Ada beberapa temuan menarik yang dirangkum dalam Startup Report 2022: Toward More Sustainable Startup Ecosystem in Indonesia, yaitu perekonomian Indonesia tahun 2022 tumbuh sebesar 5,31%, lebih tinggi dibanding tahun 2021 yang sebesar 3,70%. Berbanding lurus dengan perkembangan perekonomian Indonesia, ekonomi digital di Indonesia juga mengalami tren positif.
Pada tahun 2022, ekosistem startup Indonesia mencatat terdapat kenaikan jumlah transaksi pendanaan startup Indonesia, meskipun nilai akumulasi pendanaan menurun jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu 260 transaksi pendanaan senilai US$4,2 miliar (dari 166 pendanaan yang diumumkan) dibandingkan dengan tahun 2021 yang terdapat 214 transaksi pendanaan senilai US$6,9 miliar.
Hal lain yang juga menarik terkait dengan strategi merger dan acquisition (M&A), yang banyak dilakukan oleh startup untuk memperluas produk dan layanan mereka adalah pada tahun 2022 tercatat ada sebanyak 34 kegiatan M&A.
Di tahun 2022 juga, dan masih terus berlangsung, terjadi kondisi yang dinamakan ‘tech winter’, yang menurut Antonny Liem, Investment Partner GDP Venture terjadi karena dua hal.
“Pertama, investor saat ini sedang wait and see karena kenaikan cost of capital memaksa investor untuk memperketat seleksi investasi mereka guna memaksimalkan return of investment dan menurunkan risiko. Kenaikan cost of capital ini dikarenakan faktor makro seperti perang Rusia yang berdampak pada naiknya harga energi, pandemi Covid-19 mengganggu global supply chain dan lainnya. Yang kedua, pada saat pandemi lalu, terjadi percepatan digitalisasi dimana banyak konsumen beralih ke layanan digital sehingga perusahaan membutuhkan lebih banyak lagi manpower untuk melayani kebutuhan ini, tetapi kini setelah pandemi mereda, beberapa kebiasaan digital kembali seperti sebelumnya, ini yang menyebabkan terjadi banyak penyesuaian terhadap startup, salah satunya layoff,” kata Anthony dalam keterangan resminya.
CEO DailySocial Rama Mamuaya berpendapat dilihat dari tren investment di tahun 2022 berdasarkan jumlah, Fintech, OTA (Online Travel Agency) dan Agritech menjadi 3 industri terbesar. Sedangkan berdasarkan round, 3 industri terbesar adalah Fintech, Agritech dan Social Commerce.
Menurutnya, pada tahun 2023, diprediksi Green Tech, Embedded Finance dan Healthtech akan semakin dilirik para investor. Imbauan pemerintah untuk mendukung net-zero emission di tahun 2060 menaikan popularitas startup GreenTech yang mencakup electronic vehicle, new energy, waste management, dan lainnya. Embedded Finance yang memanfaatkan protokol Open Banking dan Open Finance yang diintegrasikan ke berbagai layanan konsumen, semakin meningkat pada berbagai industri, seperti kesehatan, properti, retail maupun transportasi karena memiliki banyak manfaat. Healthtech juga masih menjadi sektor yang menarik karena ekosistemnya yang cukup besar dan pemerintah terus mendorong masyarakat mengadopsi teknologi untuk sistem kesehatan seperti Genomics yang baru-baru ini diluncurkan oleh Menteri Kesehatan Indonesia.
CTO GDP Venture On Lee menyatakan pendapatnya tentang cepatnya perkembangan teknologi ini. “Definisi startup yang saya pahami adalah perusahaan yang mengadopsi kecanggihan sebuah teknologi sehingga mereka harus bisa mengikuti perkembangan zaman. Contohnya AI (artificial intelligence) yang semakin terdengar belakangan ini karena chat GPT. Padahal sebelumnya teknologi AI sudah ada di bagian kehidupan kita seperti penggunaan auto text pada handphone itu merupakan teknologi AI. Bedanya chat GPT ini adalah breakthrough dan sangat sederhana penggunaannya sehingga orang-orang semakin menyadari manfaat AI,” katanya.
Perkembangan teknologi AI di Indonesia semakin baik. “Perusahaan AI di Indonesia sebaiknya tidak berkompetisi dengan perusahaan global karena resource mereka sudah sangat baik. Tetapi sebaiknya perusahaan AI Indonesia menjadikan perusahaan global sebagai partner, sehingga dapat memanfaatkan apa yang dimiliki perusahaan global dan kemudian disempurnakan menjadi solusi yang dibutuhkan oleh Indonesia. GDP Venture sendiri telah melihat industri AI akan berkembang sejak 5 tahun lalu, sehingga kami melakukan investasi di teknologi ini. Banyak yang berpendapat teknologi AI akan menggantikan manusia, menurut saya, pendapat itu kurang tepat. Yang tepat adalah, manusia yang mengadposi teknologi akan menggantikan tenaga manusia yang tidak mengadopsi teknologi,” lanjut On Lee kembali.
Leave a reply
