
Kebijakan Fiskal di 2021 Diharapkan Ekonomi Berlanjut Pertumbuhannya

Tangkapan layar YouTube, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu/Iconomics
Ketidakpastian merupakan kata kunci di masa pandemi Covid-19 ini. Akan tetapi ketidakpastian tersebut sudah direspons secara luar bisa oleh semua komponen bangsa. Bahkan pemerintah dan DPR di masa pandemi ini selalu satu pemahaman terutama untuk penanganannya.
Menurut Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu, sejak 2020 sudah diakui bahwa pandemi Covid-19 ini merupakan ketidakpastian yang tinggi sehingga keluar dari disiplin fiskal yang kuat dan dipegang selama ini. Tentu saja Indonesia sudah mendapatkan manfaat dari disiplin fiskal selama bertahun-tahun ini.
“Tetapi kita tahu ini adalah kondisi yang sangat extraordinary, kita biarkan dan kita tahu sangat bermanfaat, sangat berguna dan sangat mendesak bagi fiskal itu untuk hadir selama ketidakpastian yang sangat tinggi ini tetapi fiskal APBN itu harus selalu antisipatif dan fleksibel,” kata Febrio dalam sebuah diskusi yang ditayangkan secara virtual, Kamis (26/8).
Fiskal APBN demikian, kata Febrio, harus selalu dikedepankan. Dengan demikian, pilihan-pilihan ekonomi yang hendak diputuskan dalam masa ketidakpastian tinggi ini yang perlu dipastikan bahwa belanja harus kuat yang menjadi bagian dari reformasi yang dibicarakan antara pemerintah dan DPR yaitu reformasi fiskal yang harus terjadi secara kuat.
Lantas fiskal itu terdiri atas apa? Menurut Febrio, fiskal itu terdiri atas penerimaan, belanja dan pembiayaan. Untuk 2020, 2021 dan 2022 belanjanya sangat-sangat countercyclical yang sama di banyak negara walau dengan hasil berbeda. Hasil countercyclical di Indonesia cukup membuat ekonomi tertahan.
“Tidak terlalu dalam kontraksinya di 2020. Di 2021 kita relatif tumbuh jauh dibandingkan tahun sebelumnya. Harapannya ini akan terus berlanjut,” kata Febrio.
Leave a reply
