3 Sifat Kebijakan Fiskal Jadi Kunci Hadapi Pandemi Terutama Varian Delta
Hubungan kegiatan ekonomi dan penyebaran Covid-19 itu saling bertentangan karena dengan meningkatnya jumlah kasus harian, maka dipastikan aktivitas masyarakat akan menurun. Karena penurunan aktivitas mayarakat itu, maka kegiatan ekonomi pun menurun.
Menurut Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara, situasi seperti itu pernah terjadi pada Juli lalu di mana aktivitas ekonomi masyarakat menurun karena adanya pembatasan mobilitas akibat merebaknya Covid-19 varian delta. Pada waktu itu seluruh konsumsi, investasi serta ekspor-impor ikut mengalami penurunan.
“Memang suatu perpaduan ya, ketika virusnya naik ya mobilitas dan ekonomi turun ketika Covid-19 turun, mobilitas dan ekonomi naik,” kata Suahasil dalam sebuah acara yang ditayangkan secara virtual, Kamis (26/8).
Dalam konteks seperti itu, kata Suahasil, belajar dari 2020, ketika perekonomian meliputi konsumsi, investasi dan ekspor-impor turun, maka komponen di dalam produk domestik bruto (PDB) yang diharapkan menjadi tameng adalah pengeluaran pemerintah. Karena itu, tahun lalu ada perubahan terhadap APBN secara drastis sebanyak 2 kali.
Sementara untuk tahun ini, kata Suahasil, ketika memasuki pemulihan di mana ada optimisme, tapi ada tanda-tanda Covid-19 varian delta merebak dan akan masuk ke Indonesia, maka dilakukan penyesuaian terhadap APBN. Untuk tahun ini sudah 4 kali ada perubahan APBN dan perubahan kedua itu belanja kementerian dan transfer ke daerah itu disetel ulang.
“Di perubahan kedua itu kita bayar THR tanpa tunjangan kinerja. Kita menghemat belasan triliun dari perubahan ini. Kemudian belanja pemulihan ekonomi diubah lagi karena varian delta dari Rp 699 triliun menjadi Rp 744 triliun. Jadi kebijakan fiskal kita arahkan untuk 3 sifat yaitu antisipatif, responsif dan fleksibel,” kata Suahasil.