
Presiden Jokowi Soroti Perizinan yang Makan Waktu Lama untuk Pembangunan Pembangkit Listrik

Tangkapan layar Presiden Joko Widodo/Iconomics
Presiden Joko Widodo menyoroti waktu perizinan yang mengganjal perkembangan sektor energi di Indonesia. Dalam pidatonya Pembukaan Indonesia International Geothermal Convention and Exhibition (IIGCE) Ke-10 Tahun 2024, Rabu (18/04/2024), Presiden mengatakan untuk memulai masa konstruksi pembangkit memakan waktu yang lama bisa sampai 5 hingga 6 tahun.
“Dan ketahuan tadi, seperti disampaikan oleh Pak Menteri ESDM, ternyata untuk memulai konstruksi, dari awal sampai konstruksi, urusan perizinan bisa sampai 5-6 tahun. Ini yang mestinya paling cepat harus dibenahi terlebih dahulu, agar dari 24 ribu megawatt yang baru dikerjakan hanya 11%, itu bisa segera dikerjakan oleh para investor, sehingga kita memiliki tambahan listrik hijau yang lebih banyak,” kata Presiden.
Presiden Jokowi mengatakan kalau investornya tidak sabar, tidak mungkin mereka mau mengerjakan dengan menunggu sampai dengan 6 tahun.
Indonesia memiliki potensi geotermal yang besar dengan perkiraan mencapai 40% dari potensi dunia. Presiden mengatakan saat ini, baru 11% yang termanfaatkan dari potensi yang ada.
Jokowi juga menyampaikan Indonesia juga berkomitmen menjadi bagian penting dari langkah-langkah dunia dalam membangun ekonomi hijau, dalam mengembangkan industri hijau, dalam melakukan transisi ke energi hijau.
Dalam melakukan transisi hijau, setiap pemerintahan di negara berkembang dihadapkan pada dilema mengenai keterjangkauan harga, keadilan akses bagi masyarakat, pemanfaatan teknologi yang tidak terbuka sehingga tidak optimal.
“Saya juga paham dunia usaha pasti memiliki hitung-hitungan sendiri, memiliki kalkulasi sendiri, memiliki pertimbangan-pertimbangan, baik urusan turn over, masalah yang berkaitan dengan keuntungan dan yang lain-lainnya. Inilah yang harus dipikirkan bersama,” kata Jokowi.
Ia kembali menegaskan masalah perubahan iklim adalah masalah bersama. Masalah yang harus dihadapi pemerintah negara maju, negara berkembang, para pengusaha, para peneliti, maupun rakyat kecil di seluruh belahan bumi.
Leave a reply
