Bank Indonesia Pertahankan Suku Bunga Acuan di Juni, Gubernur BI Beberkan Fokus dan Respons BI

0
164
Reporter: Maria Alexandra Fedho

Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan BI 7 Days Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75% pada Juni 2023, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,00% dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50%. Keputusan ini berdasarkan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia yang diadakan pada 21 sampai 22 Juni 2023.

“Keputusan mempertahankan BI7DRR sebesar 5,75% ini konsisten dengan stance kebijakan moneter untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam kisaran sasaran 3,0±1% pada sisa tahun 2023,” kata Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Juni pada Kamis (22/06/2023).

Perry menjelaskan bahwa fokus arah kebijakan saat ini diarahkan pada penguatan stabilisasi nilai rupiah untuk mengendalikan inflasi barang impor dan memitigasi dampak rambatan ketidakpastian pasar keuangan global. Adapun kebijakan likuiditas dan makroprudensial longgar akan terus dilanjutkan.

“Kebijakan likuiditas dan makroprudensial longgar terus dilanjutkan untuk mendorong penyaluran kredit atau pembiayaan dan tetap mempertahankan terjaganya stabilitas sistem keuangan,” ucapnya.

Untuk itu, BI mengeluarkan beberapa respons bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan diantaranya memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah melalui intervensi di pasar valas dengan transaksi spot, pembelian atau penjualan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.

Baca Juga :   PMI Manufaktur Indonesia Kembali Menguat

Kemudian, BI juga meningkatkan stimulus kebijakan makroprudensial melalui penajaman insentif likuiditas kepada bank-bank penyalur kredit atau pembiayaan pada sektor-sektor hilirisasi, dan melanjutkan kebijakan transparansi suku bunga dasar kredit (SDBK) dengan pendalaman pada suku bunga di berbagai sektor salah satunya minerba.

Pada nilai tukar rupiah juga mengalami sedikit pelemahan sebesar 0,56% pada Juni 2023 dibandingkan dengan rata-rata kurs Mei 2023. Hal ini disebabkan karena adanya ketidakpastian pasar keuangan global.

“Namun demikian, rupiah secara point-to-point baik dibandingkan dengan akhir Mei 2023 maupun akhir tahun 2022, menguat masing-masing sebesar 0,30% dan 4,17%. Dengan perkembangan tersebut, penguatan Rupiah dibandingkan dengan level akhir tahun 2022 lebih baik dari apresiasi Rupee India dan Peso Filipina masing-masing sebesar 0,85% dan 0,15% sedangkan Thai Baht mencatat depresiasi 0,70%,” jelas Perry.

Ke depan, Bank Indonesia perkirakan apresiasi nilai tukar rupiah akan berlanjut yang didorong oleh surplus transaksi berjalan dan aliran masuk modal asing seiring prospek pertumbuhan ekonomi yang kuat, inflasi yang rendah, serta imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik.

Leave a reply

Iconomics