
Dirut Bank Mandiri: Taksonomi Hijau Sangat Mendukung Pembangunan Berkelanjutan

Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi/Theiconomics
Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Darmawan Junaidi menyebut taksonomi hijau menjadi ancuan penting bagi perbankan di Indonesia dalam melanjutkan inisiatif untuk memenuhi tata kelola lingkungan, sosial, dan perusahaan atau Environmental Social Governance (ESG).
“Kita menyambut baik adanya rilis taksonomi hijau Indonesia oleh OJK yang tentunya ini sangat mendukung pembangunan berkelanjutan yang di dalamnya kita lihat terdapat lebih kurang 2.733 klasifikasi sektor dan subsektor ekonomi. Tentunya ini, khususnya buat perbankan, akan menjadi referensi penting dalam kita melanjutkan inisiatif untuk kita memenuhi ESG,” ujar Darmawan dalam webinar ‘Dampak Perubahan Iklim Terhadap Aspek Pembiayaan dan Premi Asuransi Berdasarkan Green Economy’, Kamis (24/2).
Taksonomi hijau resmi diluncurkan Presiden Joko Widodo pada pertemuan tahunan industri jasa keuangan, 20 Januari lalu. OJK menjanjikan adanya insentif bagi perusahaan yang masuk dalam kategori hijau dan sebaliknya disisentif bagi yang tidak memenuhi kriteria hijau. Insentif tidak hanya diberikan oleh OJK melalui kebijakan-kebijakannya di sektor keuangan, tetapi juga insentif fiskal dari pemerintah.
Darmawan berharap pemerintah, regulator, juga kementerian/lembaga terkait dapat lebih jelas dan spesifik dalam mengembangkan skema insentif bagi industri jasa keuangan khususnya perbankan yang menyalurkan fasilitas pinjaman di sektor ekonomi hijau.
Darmawan memperkirakan setelah adanya taksonomi hijau Indonesia ini yang didukung oleh berbagai insentif yang nantinya akan diberikan, prospek pembiayaan di sektor bisnis yang mengedepankan prinsip ESG akan semakin meningkat dan terbuka. Hal ini juga sejalan juga denga laporan yang telah disampaikan Indonesia kepada United Nations Framework Convention on Climate Change bahwa sampai dengan tahun 2030 Indonesia memperkirakan pembiayaan di sektor ekonomi hijau ini mencapai sekitar US$281 miliar atau Rp4.000 triliun.
Bank Mandiri sendiri, jelas Darmawan berkomitmen untuk mendukung OJK melalui implementasi Rencana Aksi Keuangan Berkelajutan (RKAB) yang berlandaskan pada POJK 51 tahun 2017. RAKB Bank Mandiri terdiri dari tiga pilar strategi yaitu (1) sustainable banking dimana Bank Mandiri berkomitmen menerapkan ESG pada lima sektor prioritas dan pengembangan sustainable produk/services. (2) Sustainable operation yang implementasinya terkait dengan pengembangan human resources, digital transformation dan green office building. (3) Sustainable CSR & financial inclusions melalui pemberdayaan masyarakat dan inklusi keuangan.
Terkait pilar pertama yaitu sustainable banking, Bank Mandiri berpartisipasi aktif dalam meningkatkan sustaibale portofolio yang sudah mencapai mencapai 24,8% dari total loan di Bank Mandiri atau sebesar Rp205,4 triliun pada posisi 31 Desember 2021. Selan itu Bank Mandiri juga aktif mengembangkan sustainable product seperti sustainability bond yang telah diterbitkan pada April 2021 yang lalu sejumlah US$300 juta. Bank Mandiri juga baru-baru ini telah mengekeskusi ESG repo senilai US$500 juta.
Menrut Darmawan industri perbankan di Indonesia perlu lebih aglie dalam mengadopsi international best practice terkait pengembangan green product. Untuk segemen ritel dan mikro perbankan dapat berinovasi untuk menawarkan insentif berupa bunga spesial untuk fasilitas kredit yang berkaitan dengan produk hemat energi, ramah lingkungan dan juga proyek yang memiliki dampak positif terhadap lingkungan. Sementara untuk segmen wholesale salah satu inovasi yang dapat dilakukan adalah pengembangan produk green deposit, project financing terkait EBT dan juga fasilitas pembiayaan trade dengan underlying pada sektor EBT, clean transportation, waste management, dan water management.
“Selain pengembangan dan inovasi dari sisi produk, untuk mendukung implementasi green financing pada perbankan Indonesia, pihak perbankan juga perlu berinovasi dari sisi proses bisnis. Hal tersebut sudah kita lihat dimulai dengan penetapan target internal terkait dengan green financing, melakukan stress testing terkait dengan skenario climate change secara berkala, mengembangkan parameter monitoring tools terhadap target serta merancang dedicated sustainability function dalam organisasi masing-masing lembaga keuangan,” ujarnya.
Leave a reply
