
Ditinggalkan Shell, Pertamina dan INA akan Masuk ke Blok Masela

Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadali
PT Pertamina (Persero) dan Indonesia Investment Authority akan ikut menjadi pengelola lapangan migas Blok Masela di Maluku, menggantikan posisi Shell Upstream Overseas Services Limited (Shell) yang menyatakan keluar dari pengelolaan blok migas tersebut pada 2021 lalu.
Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadali menjawab pertanyaan anggota Komisi VI DPR RI dari daerah pemilihan Maluku, Hendrik Izaac Lewerissa dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI, Kamis (8/9).
“Pak Menteri, setelah Shell mencabut diri dari konsorsium Inpex sebagai pengelola Lapangan Abadi di Blok Masela, Pak Menteri dalam beberapa keterangan kepada masyarakat lewat media menyampaikan ada kemungkinan Indonesia Investment Authority yang bisa mengganti posisi Shell. Pak Presiden menyampaikan ada kemungkinan juga Pertamina. Ini yang mana yang pasti? Kalau itu pasti, kapan itu bisa terjadi sehingga pengembangan Lapangan Abadai di Blok Masela itu bisa terealisasi. Karena, ini juga menyangkut harapan untuk menumbuhkan kesejahteraan kami di Maluku, khususnya di Kabupaten Kepualauan Tanimbar,” ujar Hendrik.
Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Hendrik Izaac Lewerissa, Bahlil mengatakan, dirinya juga baru kembali pulang dari Saumlaki, ibukota Kabupaten Kepulauan Tanimbar, untuk mendampingi kunjungan kerja Presiden Joko Widodo.
“Bapak Presiden sudah memberikan arahan baik kepada saya, maupun kepada Pak Menteri BUMN, bahwa program gas di Maluku itu menjadi salah satu prioritas Bapak Presiden,” ujar Bahlil.
Inpex sebagai pemegang hak partisipasi sebesar 65%, menurut Bahlil, diminta untuk tetap melakukan proses pengembangan lapangan kaya gas itu. “Problemnya adalah kemarin Shell keluar. Dan sekarang, kemarin kita juga baru selesai ratas dengan Bapak Presiden dengan Pak Menteri BUMN. Nanti, ada blending antara INA, kemudian Pertamina, dan mungkin ada beberapa perusahaan lain yang dijajaki Menteri BUMN untuk membikin suatu konsorsium untuk mengambil alih saham (hak partisipasi) 35% tersebut (Shell),” ungkap Bahlil.
Terkait pembangunan fasilitas pengembangan, Bahlil mengatakan Presiden memberikan arahan agar dibangun di Saumlaki, karena lokasi di Saumlaki ini sudah didukung oleh infrastruktur yang memadai.
“Saya juga kaget, ternyata jalan di sana lebih mulus daripada jalan di tempat yang lain. Airport-nya juga bagus. Jadi, kemungkinan besar perdebatan-perdebatan apakah di Saumlaki atau di tempat lain, Bapak Presiden manyampikan bahwa di Saumlaki itu jauh lebih memenuhi syarat dan lebih efisein,” jelas Bahlil.
Hak partisipasi (PI) Blok Masela yang memiliki cadangan gas 10.37 TCF selama ini dimiliki oleh PT Inpex Inpex Masela Limited (65%) dan Shell Upstream Overseas Services Ltd (35%). Blok ini memiliki luas area lebih kurang 4.291,35 km², terletak di Laut Arafura, sekitar 800 km sebelah timur Kupang, Nusa Tenggara Timur atau lebih kurang 400 km di utara kota Darwin, Australia, dengan kedalaman laut 300-1000 meter. Kontrak kerja sama Blok Masela ditandatangani pada 16 November 1998 dan mendapat persetujuan PoD I pada 6 Desember 2010.
Leave a reply
