
Ekonomi Tumbuh Positif, Indonesia Kembali Naik Kelas Jadi Negara Upper Middle Income

Proyek pembangunan Bendungan Pidekso, Jawa Tengah diresmikan langsung oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo/Dok. PTPP
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan ekonomi Indonesia berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) kembali tumbuh positif pada tahun 2021 lalu, setelah mengalami kontraksi pada tahun 2020.
BPS menyampaikan secara kumulatif atau sepanjang tahun 2021, ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 3,69%. Kondisi ini jauh lebih baik dibandingkan pada tahun 2020 yang mengalami pertumbuhan negatif atau kontraksi sebesar 2,07%.
Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang positif ini, PDB per kapita Indonesia juga kembali mengalami kenaikan. Kepala BPS Margo Yuwono mengungkapkan PDB per kapita Indonesia pada tahun 2021 lalu adalah sebesar Rp62,2 juta atau setara dengan US$4.349,5.
Sebelumnya, menurut data BPS, PDB per kapita Indonesia pada tahun 2020 adalah sebesar Rp57,3 juta atau setara dengan US$3.934,5.
Sementara pada tahun 2019, PBD per kapita Indoensia adalah sebesar Rp59,3 juta atau setara dengan US$4.192,8.
Pada tahun 2021 lalu, Bank Dunia menurunkan status Indonesia dari upper middle income menjadi lower middle income karena PDB per kapita yang menurun pada tahun 2020 akibat kontraksi ekonomi karena pandemi Covid-19.
Padahal Indonesia baru pertama kali menempati posisi negara upper middle income pada tahun 2020 setelah pada tahun 2019 PDB per kapitanya berhasil menembus level di atas US$4.045.
Bank Dunia mengelompokan negara-negara di dunia berdasarkan pendapatan per kapita yaitu kelompok low income (US$1.035), lower middle income (US$1.036-US$4.045), upper middle income (US$4.046-US$12.535) dan high income (>US$12.535).
Dengan melihat klasifikasi Bank Dunia ini, maka diperkirakan Indonesia akan kembali naik peringkat menjadi negara upper middle income pada tahun 2022 ini. Meski demikian, tingkat PDB per kapita Indonesia ini masih jauh dari negara dengan high income. Karena itu, Indonesia dan banyak negara lain di dunia terjebak dalam status sebagai negara dengan penghasilan menengah (middle income trap).
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan lebih dari 190 negara di dunia ini, mayoritas berhenti di middle income atau middle income trap.
Sri Mulyani mengatakan ada 4 hal yang menyebabkan sebuah negara terjebak menjadi negara dengan pendapatan menengah. Empat hal tersebut harus bisa diatasi agar bisa menjadi negara dengan pendapatan tinggi.
Pertama, kualitas sumber daya manusia (SDM). Negara yang mampu untuk menginvestasikan dan terus meningkatkan kualitas sumber daya manusia akan identik dengan negara yang terus meningkatkan produktifitas dan inovasi. Ini adalah kunci untuk naik menjadi high income country.
Sri Mulyani mengatakan semua sepakat bahwa SDM itu penting. Namun, tidak banyak negara yang bisa menyelesaikan tantangan SDM ini, mesikpun mereka mengetahui bahwa SDM itu penting.
Tiga hal yang terkait dengan SDM adalah pendidikan, kesehatan dan jaminan sosial. Ketiga hal ini, menurutnya, mengambil porsi yang besar dalam APBN Indonesia. Namun, ia menegaskan bukan hanya soal anggaran, yang jauh lebih penting adalah bagaimana anggaran yang besar itu bisa efektif menghasilkan sumber daya manusia yang produktif dan inovatif. “Reformasi di bidang pendidikan dan kesehatan adalah dua core utama untuk kita bisa menembus middle income trap,” ujarnya.
Kedua, infrastruktur juga penting agar Indonesia bisa menembus middle income trap. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Indonesia gencar membangun berbagai infrastruktur fisik baik yang dibiayai oleh APBN maupun infrastruktur yang dikerjakan dalam skema kerja sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU).
Ketiga, reformasi institusi, tidak hanya reformasi birokrasi pemerintahan tetapi juga tata kelola sektor swasta. “Negara yang bisa menembus middle income trap adalah negara yang memiliki institusi yang efisien, agile dan tentu perferomance bagus berdasarkan tata kelola yang relatif bagus. Artinya dalam hal efisiensi, korupsi dan konflik kepentingan itu menjadi sangat penting untuk diperangi,” ujar Sri Mulyani.
Keempat, untuk menembus middle income trap adalah kemampun untuk mentarnsformasi ekonomi menuju sebuah ekonomi berbasis digital, efisien dan produktif serta regulasi yang simpel.
Leave a reply
