Gunakan Teknologi Digital agar Industri Olahan Tumbuh pada 2021

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebut industri pengolahan mengalami tekanan akibat situasi pandemi Covid-19. Diperkirakan hingga akhir 2020 ini, industri pengolahan akan mengalami kontraksi sekitar -0,5% hingga 2,4%.

“Kita sudah lihat di mana ada adjustment dari pelaku industri terhadap pandemi Covid-19 ini yang membawa tekanan sangat berat bagi industri nasional,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita saat memberi sambutan pada acara webinar, Rabu (14/10).

Agus mengatakan, pihaknya optimistis kinerja industri pengolahan akan mengalami pemulihan pada 2021. Bahkan pada tahun itu diperkirakan industri pengolahan akan tumbuh sekitar 4,7% hingga 5,5%.

Selain itu, kata Agus, pemerintah melalui Kemenperin telah menetapkan target program subtitusi impor sebesar 35% di 2022. Dengan substitusi impor diharapkan tidak hanya menyentuh pada sektor atau di produk saja. Tapi bisa menyentuh berkaitan dengan penggunaan produk sendiri.

Dalam rangka mencapai target tersebut serta berperan dalam percepatan pemulihan ekonomi nasional yang tergerus akibat dampak pandemi, Agus mengajak industri untuk mengadopsi pemanfaatan teknologi dan inovasi. Khususnya yang dihasilkan perusahaan perintis (startup) penyedia teknologi milik anak bangsa untuk dapat meraih potensi pasar yang akan muncul ke depannya.

“Tentu untuk bisa unggul dalam berkompetisi maka inovasi dan teknologi menjadi suatu kunci yang sangat penting untuk dihadirkan di tengah-tengah industri, salah satunya melalui peran startup sebagai technology provider,” katanya.

Dengan adanya pandemi Covid-19, lanjutnya, situasi tersebut harus dapat digunakan sebagai momentum bagi Indonesia melakukan rebooting ekonomi dan menata ulang industri agar lebih mengandalkan pemanfaatan teknologi.