
Hutang Krakatau Steel Capai US$2 Miliar, Erick Thohir Singgung Ada Indikasi Korupsi

Tangkapan layar YouTube, BUMN Erick Thohir/Iconomics
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir mengungkapkan PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) memiliki total hutang US$2 miliar. Beberapa diantaranya terjadi karena proyek mangkrak dimana ada indikasi korupsi di dalamnya.
Erick mengatakan dari hutang US$2 miliar yang dimiliki Krakatau Steel, sebanyak US$850 juta merupakan hutang untuk investasi pembangunan pabrik peleburan tanur tinggi atau blast furnace yang kini mangkrak. ” Ini kan hal-hal yang tidak bagus. Pasti ada indikasi korupsi dan kita akan kejar siapa pun yang merugikan. Bukannya kita ingin menyalahkan, tetapi penegakan hukum kepada bisnis proses yang salah harus kita perbaiki,” ujar Erick dalam talkshow virtual bertajuk ‘Bangkit Bareng’, Selasa (28/9).
Seperti diberitakan media, Krakatau Steel menghentikan operasiona pabrik blast furnace sejak 5 Desember 2019 lalu. Ada pun alasan penghentian adalah biaya operasional yang terlalu tinggi. Salah satunya harga gas yang tinggi dimana pabrik tersebut dirancang dengan harga gas US$4,5 per MMBTU. Sementara, faktanya harga gas US$8,5 hingga US$ 9 per MMBTU.
Lebih lanjut Erick mengatakan proses restrukturisasi hutang Krakatau Steel sudah berjalan dengan baik. Dalam restrukturisasi ini ada dua tahap.
Pertama, pembentukan subholding untuk kawasan industri yang ada di Krakatau Steel sehingga ada pengelolaan yang terintegrasi mulai dari air, listrik, lahan dan lainnya serta ada pengelolaan yang profesional. “Kita akan go public-kan [subholding kawasan industri], suapaya ada funding baru menyicil hutang yang US$2 miliar tadi,” ujarnya.
Tahap kedua dalam restrukturisasi ini adalah negosiasi dengan Posco Pohang, Steel dan Iron Company (Posco) untuk kepemilikan saham di PT Krakatau Posco. Saat ini, kepemilikan Posco di perusahaan tersebut adalah 70%.
Erick berharap kepemilikan Krakatau Steel pada pabrik baja terpadu itu bisa meningkat, paling tidak komposisi keduanya sama yaitu 50%:50%.
“Karena partnership dengan Posco ini luar biasa. Saya terima kasih sama Posco yang sudah bekerja sama secara baik 6-7 tahun terakhir dan ini net income-nya sangat positif dari Posco ini. Kita sudah negosiasi, sepertinya ada kesepakatan kita akan naiklah menjadi 50:50,” ujar Erick.
Erick mengatakan negosiasi ini bersifat business to business. Posco, kata Erick boleh saja tidak setuju dengan tawaran Krakatau Steel untuk menaikan porsi kepemilikannya.
Porsi kepemilikan Krakatau Steel, menurut Erick penting untuk ditingkatkan karena tingginya impor baja ke Indonesia.
“Jadi, kita sendiri juga mulai menjaga supply chain supaya impornya dikurangi dengan memberikan produk-produk yang berkualitas dan kompetitif harganya,” ujarnya.
Pada kesempatan tersebut, Erick juga mengapresiasi direksi dan komisaris Krakatau Steel yang telah melakukan proses restrukturisasi di perusahaan tersebut sehingga sudah mulai ada perbaikan arus kas (cash flow) dan operasional makin efisien. “Akhirnya [Krakatau Steel] yang tadinya 8 tahun rugi terus menerus sekarang bisa utung Rp800 miliar,” ujar Erick.
Leave a reply
