Mau Memulai Bisnis? Simak Tips dari Community Manager and Developer Relations Google Indonesia

0
375
Reporter: Maria Alexandra Fedho

Ada hal yang sangat penting untuk diperhatikan saat memulai bisnis. Community Manager and Developer Relations Google Indonesia, Danang Juffry membagikan beberapa kesalahan banyak orang yang harus dihindari ketika hendak memulai bisnis.

Pertama, jangan pernah memulai ide bisnis dengan sebuah solusi, tapi justru mulai dengan masalah-masalah yang ada.

“Sekeren apapun solusi kalian, jadi kalau kalian lihat mungkin di startupstartup yang ada ‘oh ini keren banget’ tapi apa itu benar-benar memecahkan masalah? Nah itu yang akan mempengaruhi adopsinya,” kata Danang dalam acara Fordigi Goes to Campus di Sasana Budaya Ganesha, Bandung.

Kedua, hindari sebuah ide yang hanya terlihat keren dan dari dulu sudah ada tapi itu ternyata merupakan jebakan. Menurutnya, ketika telah memiliki ide, pasti ide tersebut sudah ada yang pernah mengeksekusi sebelumnya.

“Nah teman-teman lihat, ketika punya ide kemungkinan that’s not the your son pasti sudah ada yang pernah eksekusi sebelumnya. Kalian ngobrol sama mereka Whatsapp, Linkedin tanya ke mereka kenapa ga berhasil sehingga menghindari trapped idea,” jelas Danang.

Baca Juga :   Google Kenalkan Bard, Besutan Terbarunya untuk Model Percakapan AI

Ketiga, tidak mengevaluasi ide seperti halnya ketika memiliki ide tidak mengevaluasi pasarnya, maupun produk yang akan di-create. Dalam hal ini, jangan pernah menunggu sebuah ide untuk dapat sempurna tanpa berbuat apa-apa.

Selain itu, Danang juga menjelaskan beberapa jawaban yang kerap ditanyakan oleh para founder yang baru akan memulai bisnis. Pertama adalah terkait apakah si founder memang expert di bidang yang akan digelutinya, kemudian apakah memiliki teman atau relasi yang cocok di bidang tersebut.

Kedua adalah mengetahui seberapa besar market dan apakah cukup menjanjikan. Ketiga, bagaimana cara mengeksekusi sebuah masalah yang ada. Keempat, memiliki kompetisi karena dengan adanya kompetisi menunjukkan bahwa market dan produk yang akan di-create memiliki pasarnya sendiri.

“Dengan adanya kompetisi menunjukkan bahwa kalian punya market, ada market-nya disitu, itu memvalidasi problem yang kalian selesaikan,” lanjut Danang.

Kelima adalah memastikan apakah sebelumnya sudah ada yang pernah membuat bisnis yang serupa dan bisnis tersebut berhasil atau tidak. Apabila berhasil, dapat mengambil pembelajaran dan mengimplementasikannya pada bisnis yang akan dibuat.

Baca Juga :   SiCepat Gandeng Indonesia Pasti Bisa Gelar CSR Bantuan ke Rumah Pejuang Kanker Ambu

Keenam, terkait komitmen dengan bisnis tersebut karena pasalnya bisnis yang berhasil adalah bisnis yang membutuhkan waktu cukup lama setidaknya tiga sampai lima tahun ke depan.

Danang mengibaratkan bahwa seorang founder harus dapat membuat produk yang seolah-olah dapat mengatasi rambut yang kebakaran. Maksudnya, jika terjadi kebakaran pada rambut customer maka si founder bisnis dapat memberikan air maupun batu dan kedua bantuan tersebut pasti diambil customer karena ingin memadamkan api.

“Artinya cari permasalahan yang sedemikian menyakitkannya sehingga produk kalian walaupun masih beta testing, masih alfa, masih banyak kekurangan, mereka tetap mau pakai karena itu bisa setidaknya menyelesaikan sebagian permasalahan dari mereka, jadi ini adalah inti dari product market fit,” lanjutnya.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics