Pangkas Ketergantungan Impor Bahan Baku Obat, Inilah Pendapat Dexa Group

0
519
Reporter: Antara

Ketergantungan impor bahan baku obat dapat diurai. Pimpinan industri farmasi dari Dexa Group Ferry Soetikno mengatakan ketergantungan industri farmasi nasional terhadap bahan baku impor dapat ditekan, salah satunya dengan pemerintah segera merealisasikan aturan mengenai Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) obat-obatan.

“Regulasi TKDN ini sejalan dengan Inpres 6 Tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan,” kata Ferry di Cikarang, Bekasi, Rabu (11/09/2020).

Ferry menyampaikan dorongan pemerintah terhadap penggunaan produk hilirisasi hasil riset dalam negeri seperti Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) ke dalam fasilitas kesehatan nasional juga perlu dipercepat untuk memberikan kepastian pasar bagi industri.

“Industri perlu kepastian pasar untuk meningkatkan produksi dan mengembangkan produk obat lainnya yang bermanfaat bagi kesehatan masyarakat,” jelas Ferry.

Executive Director Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences (DLBS) Dr Raymond Tjandrawinata mengemukakan Dexa Group melakukan kegiatan riset di tingkat hulu dengan mengembangkan sediaan farmasi dan memproduksi Active Pharmaceutical Ingredients (API) yang berasal dari mahluk hidup.

Di tingkat hilir, inovasi pengembangan dari DLBS ini menghasilkan empat produk fitofarmaka di Indonesia dan sejumlah produk obat herbal terstandar.

Baca Juga :   Anggota Komisi IV Ini Soroti Kebijakan Kedaulatan Pangan, Sementara Impor Naik Tiap Tahun

Raymond mengungkapkan industri memerlukan stimulus dari pemerintah untuk mendorong pengembangan produksi bahan baku dalam negeri baik di tingkat hulu maupun hilirnya.

“Industri farmasi harus mendapat dukungan untuk pengembangan bahan baku dalam negeri sebagai produk substitusi impor. Ini karena obat yang telah kami temukan, teliti, dan kami uji memiliki efikasi yang setara dengan obat-obatan berbahan baku kimia. Selain itu  dampak berantai ekonomi tidak akan berjalan cepat, apalagi kami memberdayakan para petani di berbagai daerah,” jelas Raymond.

Ia mencontohkan salah satu produk OMAI Dexa Group adalah Inlacin. Inlacin merupakan obat diabetes fitofarmaka berbahan baku bungur dan kayu manis yang diperoleh dari petani di daerah Gunung Kerinci di Jambi.

“Produk ini telah teruji klinis dan memiliki efikasi yang sama dengan obat diabetes berbahan baku kimia seperti metformin. Produk ini juga telah diekspor ke Kamboja dan Filipina,” katanya.

Menurut Raymond, selain Inlacin, produk fitofarmaka lainnya adalah Redacid berbahan baku kayu manis yang bermanfaat untuk mengatasi gangguan lambung, Disolf berbahan baku cacing tanah yang bermanfaat untuk memperlancar peredaran darah, Stimuno yang merupakan produk imunomodulator atau peningkat imun berbahan baku meniran.

Baca Juga :   BPS: Ekspor Indonesia Naik 3,16% di Bulan Maret 2025

Produk OMAI lainnya di antaranya rangkaian Herba Family seperti HerbaKOF untuk obat batuk, HerbaCOLD untuk Flu, HerbaPAIN untuk sakit kepala dan nyeri otot, dan HerbaVOMITZ untuk gangguan lambung.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics