Philips Future Health Index: Pengelolaan dan Penggunaan Data Jadi Perhatian Pemimpin Layanan Kesehatan

0
545

Pandemi terus menghadirkan tantangan dari segi sumber daya, sistem, serta penyediaan perawatan di setiap kesempatan dan di setiap negara di seluruh dunia. President Director Philips Indonesia Pim Preesman mengatakan saat ini, seiring pemulihan pasca-pandemi, pihaknya melihat para pimpinan layanan kesehatan mulai melakukan pengaturan ulang, memfokuskan kembali pada sejumlah prioritas baru dan yang sudah ada, mulai dari masalah kekurangan staf, memperluas pemberian perawatan, hingga memanfaatkan data besar serta analitik prediktif, saat mereka menavigasi realitas baru dalam manajemen medis.

Menurut laporan Indonesia Future Health Index (FHI) 2022 yang diumumkan Royal Philips, para pimpinan layanan kesehatan Indonesia memiliki pandangan positif tentang dampak analitik prediktif yang dapat memengaruhi berbagai aspek perawatan. Sebagian besar percaya bahwa teknologi dapat memberikan dampak positif pada pengalaman pasien (93%), hasil kesehatan (90%), dan perawatan berbasis nilai (89%).

Ada pula beberapa tantangan kesehatan terkait dengan ketimpangan dalam penyediaan layanan. Infrastruktur teknologi layanan kesehatan akan sangat berbeda antara di pedesaan dan perkotaan. Untuk menjawab tantangan terkait infrastruktur ini, pimpinan layanan kesehatan Indonesia memprioritaskan elemen-elemen dasar teknologi kesehatan digital, dengan lebih dari seperempat dari mereka (26%) menyatakan bahwa meningkatkan infrastruktur teknologi di fasilitas mereka adalah prioritas utama. Dibandingkan dengan rata-rata global (20%), pimpinan layanan kesehatan Indonesia juga lebih cenderung memprioritaskan keamanan data dan privasi (31%), yang mungkin mencerminkan keinginan mereka untuk melindungi data sembari meningkatkan ekosistem teknologi.

Setelah teknologi inti diimplementasikan, nantinya akan muncul fokus baru untuk memperluas isu- isu layanan kesehatan dan sosial. Dalam tiga tahun ke depan, 27% dari pimpinan layanan kesehatan Indonesia berencana untuk terus bersiap menghadapi krisis, sementara 19% mengatakan mereka berencana untuk menerapkan praktik yang berkelanjutan di rumah sakit mereka. Prioritas yang tidak terlalu berfokus pada teknologi ini lebih mengarah pada masalah kesehatan masyarakat dan lingkungan yang lebih luas.

Baca Juga :   Siloam Hospital Kembangkan AI untuk Kesehatan dengan Menggandeng Royal Philips

Fokus baru ini juga tidak terlepas dari investasi pada inovasi layanan kesehatan. Hampir setengah (47%) dari pimpinan layanan kesehatan Indonesia berinvestasi dalam rekam medis digital, dengan 44% lainnya memprioritaskan pusat-pusat operasi klinis. Kedua angka ini secara signifikan lebih besar daripada rata-rata global yaitu sebesar 39% dan 22%. Saat melihat keuntungan dari investasi ini, pimpinan layanan kesehatan berharap untuk mengalihkan perhatian mereka ke aspek layanan yang lebih canggih secara digital selama tiga tahun mendatang, seperti AI (82%, naik dari 38% saat ini) dan telehealth (49%, naik dari 37% saat ini), dimana kenaikan ini turut mencerminkan tren layanan kesehatan global.

Secara keseluruhan, pimpinan layanan kesehatan di Indonesia optimistis tentang peralatan yang mereka miliki, sebagian besar dari mereka (90%) sepakat bahwa rumah sakit mereka memiliki teknologi yang dibutuhkan untuk sepenuhnya memanfaatkan data, dan 85% mengatakan bahwa data rumah sakit mereka akurat.

Sekitar 31% dari pimpinan –lebih tinggi dari rata-rata global 27% – menginginkan kejelasan lebih terkait pengumpulan dan penggunaan data. Meskipun Indonesia memiliki perundang-undangan yang mengatur perlindungan data secara umum, saat ini Indonesia belum memiliki peraturan untuk sistem kesehatan digital, termasuk pihak yang bertanggung jawab atas kebocoran data pasien. Oleh karena itu, satu dari lima pimpinan (20%) menyatakan kebijakan dan peraturan data sebagai hambatan terbesar dalam penggunaan data yang efektif dan 21% merasa kurangnya pengetahuan atau pemahaman karyawan tentang cara menggunakan data juga menjadi faktor penghambat.

Baca Juga :   Ikut Pameran SIAL Interfood 2022, Langkah Strategis ESB Kenalkan Digitalisasi Restoran

Pelatihan bisa menjadi salah satu solusi di Indonesia. Sebanyak 64% pemimpin layanan kesehatan Indonesia mengatakan staf mereka kewalahan dengan banyaknya data yang tersedia, dan 18% merasa hal ini akan mengakibatkan karyawan mungkin akan menolak untuk beralih ke teknologi baru. Hanya 7% dari pimpinan di Indonesia yang mengatakan bahwa mereka memiliki semua keahlian yang dibutuhkan untuk memanfaatkan data sepenuhnya.

Untuk mengatasi hal ini, pimpinan juga akan berkolaborasi dengan pemain ekosistem lainnya. Misalnya, 59% pemimpin layanan kesehatan di Indonesia ingin bermitra dengan perusahaan asuransi kesehatan atau bermitra dengan rumah sakit lain dan 31% memilih perusahaan teknologi kesehatan sebagai mitra pilihan. Dari kemitraan ini, 30% pimpinan di Indonesia menginginkan panduan tentang masalah hukum, 31% menginginkan pemeliharaan layanan kesehatan yang berkelanjutan. Dua preferensi teratas ini menyoroti bagaimana pimpinan mencari lebih dari sekadar solusi teknologi; dan terbuka untuk kemitraan jangka panjang yang menawarkan solusi terintegrasi di seluruh bidang pelayanan kesehatan, dari teknologi hingga masalah hukum serta pemeliharaan layanan kesehatan yang berkelanjutan.

Pimpinan layanan kesehatan di Indonesia paham akan potensi dari analisis prediktif, dimana 11% pimpinan layanan kesehatan di Indonesia telah menerapkan analisis prediktif, 54% aktif mengadopsinya, dan 30% lainnya berencana mengadopsinya dalam beberapa tahun mendatang. Sebanyak 94% yakin bahwa analisis prediktif dapat menguntungkan secara klinis, untuk membantu penyedia layanan kesehatan memberikan pelayanan yang tepat, kepada pasien yang tepat, dan di waktu yang tepat. Sebanyak 83% percaya pada keuntungan operasional, dimana teknologi ini memberikan kemampuan kepada sistem layanan kesehatan untuk mengidentifikasi tren, meningkatkan pelayanan, dan mengurangi biaya. Pimpinan juga menyadari bahwa analisis prediktif dapat menjadi alat yang tak terpisahkan dalam mengatasi ketimpangan kesehatan, salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh layanan kesehatan Indonesia saat ini.

Baca Juga :   East Ventures Pimpin Pendanaan Seri A untuk Startup Deep Tech Kesehatan Asal Singapura

Meningkatkan sistem dan protokol keamanan data merupakan cara utama untuk meningkatkan kepercayaan dalam analisis prediktif, baik dalam pengaturan operasional (39%) maupun klinis (36%). Meningkatkan akurasi algoritme juga mendorong kepercayaan di kedua area. Namun, ada beberapa perbedaan antar-lingkungan pelayanan. Secara klinis, 33% pimpinan di Indonesia mengatakan peningkatan kualitas sumber data adalah cara utama untuk meningkatkan kepercayaan dalam analisis prediktif, sementara 29% lainnya menyatakan bahwa cara utama tersebut adalah peningkatan transparansi dalam pemerolehan wawasan dan rekomendasi. Sebaliknya, 32% dari mereka melaporkan bahwa mengurangi bias algoritmis dan meningkatkan keterlibatan manusia (27%) akan meningkatkan kepercayaan pada aplikasi operasional analisis prediktif.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics