Prospek Investasi 2022, BNP Paribas AM Menyoroti Sejumlah Faktor Kunci

0
847

Tahun 2021 masih menjadi tahun yang penuh tantangan, perubahan, dan ketidakpastian bagi banyak investor. Menjelang penghujung tahun 2021, Indonesia dan kebanyakan negara di dunia tengah bersiap-siap membuka kembali aktivitas kegiatan ekonomi dengan harapan pemulihan dapat mulai terjadi di tahun 2022.

Meskipun tingkat pemulihan ekonomi di berbagai negara tidak merata, secara umum PT BNP Paribas AM menilai baik pasar domestik maupun pasar global mengalami hal yang sama. Dari data ekonomi global, terlihat secara umum bahwa dunia secara perlahan menuju kondisi yang lebih normal. Namun di sisi lain, juga muncul tantangan baru sebagai akibat dari konsekuensi pembukaan ekonomi. Pembukaan kegiatan ekonomi secara hampir bersamaan di negara maju, dari yang sebelumnya stagnan, telah mengakibatkan adanya ketidakseimbangan.

Direktur & Head of Fixed Income PT BNP Paribas AM Djumala Sutedja menjelaskan persiapan pembukaan ekonomi yang terjadi saat ini mendorong permintaan atau demand yang sangat besar, tapi supply-nya relatif lambat dalam melakukan penyesuaian. Ia mengatakan di saat yang sama tingkat likuiditas global masih tinggi, sehingga dampaknya adalah kenaikan harga-harga komoditas, baik itu makanan maupun energi, yang pada akhirnya berujung pada inflasi yang tinggi.
Sementara itu kebijakan tapering oleh Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed, yang tengah menjadi fokus perhatian pasar saat ini diperkirakan tidak akan membawa dampak yang terlalu signifikan pada pasar domestik.

Baca Juga :   Allianz Life Indonesia Sebut 3 Tahapan Ini untuk Capai Kemerdekaan Keuangan

“Volatilitas pasar akan selalu ada. Namun, melihat kondisi fundamental pertumbuhan Indonesia yang cukup kuat saat ini, kami optimistis Indonesia dalam posisi yang siap menghadapi tapering yang akan berlangsung hingga pertengahan tahun 2022 nanti,” kata Djumala dalam siaran pers tertulis.

Menanggapi dampak tapering terhadap arus kepemilikan asing di Indonesia, sentimennya pun cenderung lebih baik. Djumala menerangkan minat asing untuk berinvestasi di pasar negara berkembang memang masih selektif. Net inflow lebih banyak terlihat pada negara-negara yang dinilai mampu mengendalikan pandemi Covid-19 yang lebih baik dan tingkat vaksinasi yang tinggi. Indonesia menjadi salah satunya yang dianggap mampu mengendalikan Covid-19.

PT BNP Paribas AM menilai kondisi pasar saat ini mendukung kinerja pasar obligasi Indonesia ke depannya. Djumala menegaskan pihaknya melihat adanya perbedaan sensitivitas antara obligasi IDR dan USD terhadap dinamika pasar dari global. Menurutnya, obligasi berdenominasi IDR dalam hal ini less sensitive terhadap gejolak di luar negeri karena lebih banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor domestik yang sangat favourable.

Baca Juga :   BNP Paribas AM Targetkan Pertumbuhan Dana Kelolaan Sebesar 10% di 2023

PT BNP Paribas AM menilai kelas aset saham juga memiliki potensi yang positif. Kondisi faktor fundamental yang cukup baik mendukung prospek pasar saham ke arah yang positif, dan hal ini juga terlihat dari telah kembalinya investor asing ke Indonesia secara perlahan. Selama nilai tukar Rupiah stabil dan earnings growth sejalan dengan ekspektasi pasar, potensi arus kepemilikan asing untuk terus masuk ke pasar saham Indonesia masih tetap ada. Namun, pemilihan saham menjadi kunci penting untuk menghasilkan outperformance. Dengan semakin melebarnya perbedaan antara Producer Price Index (PPI) dan Consumer Price Index (CPI), banyak perusahaan dapat mengalami penurunan tingkat marjin. Dalam hal ini, kemampuan perusahaan untuk meneruskan kenaikan harga pada konsumen juga menjadi hal yang penting untuk diperhatikan.

“Dari segi portofolionya sendiri, kami percaya kombinasi yang seimbang antara old economy dan new economy akan memberikan potensi hasil investasi yang lebih sustainable,” kata Djumala.

Ia mengatakan sektor-sektor old economy membantu memberikan safety atau dukungan secara fundamental. Sementara new economy dapat memberikan nilai tambah dari segi story atau cerita pertumbuhan ke depannya meskipun risikonya terhadap earnings juga lebih tinggi.

Leave a reply

Iconomics