Sri Mulyani Beberkan Kunci Target Pertumbuhan Ekonomi 5,3% Tahun 2023 Bisa Tercapai

0
679

Kondisi makro baik global maupun domestik ini, menurut Sri Mulyani, akan menguji resiliensi ekonomi Indonesia baik dari sisi investasi, konsumsi maupun ekspor.

Dari sisi investasi,apakah perusahaan-perusahaan masih melakukan ekspansi di tengah suku bunga yang tinggi? Indikatornya bisa terlihat dari apakah pertumbuhan kredit perbankan masih tinggi? Apakah penggalangan dana di pasar modal entah melalui IPO dan lainnya masih tinggi juga?

“Ini yang akan kita lihat di 2023, apakah investasi bisa tumbuh tetap terjaga di atas 5%? Karena kemarin Q3 saat ekonomi kita tumbuh 5,7%, komponen investasi tumbuh di 4,9%, hampir mendekati 5%. Jadi, kalau investasi bisa bertahan tumbuh di atas 5%, kita punya harapan bahwa resiliensi dari ekonomi kita akibat kenaikan interest rate karena inflasi tinggi dari dunia itu bisa kita juga,” ujar Sri Mulyani.

Kemudian dari sisi konsumsi rumah tangga, yang merupakan penopang lebih dari 50% Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. “Apakah juga tetap tumbuh di atas 5%? Daya beli dari konsumsi kita harus dijaga,” ujar Sri Mulyani.

Baca Juga :   Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II-2021 Mencapai 7,07%, BKF: Sesuai Prediksi Kemenkeu

Karena itulah, tambah Sri Mulyani, Presiden menaruh perhatian yang besar terhadap pengendalian inflasi di dalam negeri, karena berhubungan langsung dengan daya beli masyarakat dan konsumsi masyarakat.

Dari sisi kebijakan fiskal, tahun ini tambah Sri Mulyani pemerintah menaikkan lebih dari tiga kali lipat subsidi dan kompensasi BBM karena harga minyak yang meroket hingga di atas US$100 per barel. Sekarang ini tantangannya makin berat. Tak hanya harga minyak yang naik ke atas US$100 per barel, kurs Rupiah terhadap Dollar juga melemah ke level US$15.000-an, jauh dari asumsi APBN 2023 yaitu Rp14.750.

Kenaikan anggaran subsidi dan kompensasi ini, jelas Sri Mulyani, selain supaya PLN dan Pertamina tidak bangkrut, juga agar daya beli masyarakat tetap terjaga.  “Karena shock yang terjadi dari luar tidak kita  pass-through ke masyarakat,” ujarnya.

Tahun depan, tambah Sri Mulyani, dinamika harga minyak termasuk minyak mentah Indonesia (ICP) masih tinggi, mulai dari adanya pertemuan OPEC hingga kemungkinan apakah perang antara Rusia dan Ukraina masih akan berlanjut, serta saat ini manuver dari G-7 untuk melakukan price cap terhadap harga minyak. “Ini semuanya akan mempengaruhi asumsi harga minyak kita tahun depan, yang nanti akan menentukan berapa besar ICP itu mempegaruhi harga listrik dan harga BBM kita,”ujarnya.

Baca Juga :   Akselerasi Ekonomi Nasional dengan Inovasi dan Riset Ekonomi Syariah?

Selain investasi dan konsumsi, komponen lainnya yang juga menentukan outlook ekonomi Indonesia tahun depan adalah ekspor. Tahun ini pertumbuhan ekspor sangat tinggi yang terjadi karena kombinasi permintaan yang tinggi dari negara-negara mitra dagang seperti China, Jepang dan India serta harga komoditas yang juga tinggi.

“Kalau dunia temaram, pasti permintaan ekspornya juga menurun. Harga komoditas juga tidak akan setinggi itu,” ujar Sri Mulyani.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Halaman Berikutnya
1 2

Leave a reply

Iconomics