
Bagaimana Prospek Investasi Aset Kripto Tahun Ini?

Ilustrasi
Cryptocurrency (aset kripto) layak menjadi pilihan instrumen untuk investasi bagi masyarakat, karena nilainya yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Selama delapan tahun terakhir, nilai terendah Bitcoin misalnya terus naik.
Tahun 2012, nilai terendahnya masih sebesar US$ 4. Namun, setahun kemudian meningkat menjadi US$ 65 dan terus meningkat menjadi US$ 200 pada tahun 2014. Tahun 2015 sempat turun menjadi US$ 185, tetapi kemudian kembali melonjak menjadi US$ 365 pada tahun 2016, US$ 780 pada tahun 2017, US$ 3.200 pada 2018 dan menjadi US$ 3.360 pada tahun 2019.
Oscar Darmawan, CEO platform jual beli kripto Indodax mengatakan tak hanya nilainya yang terus meningkat, cuan dari investasi kripto dalam setahun terakhir juga lebih tinggi dibandingkan instrumen investasi lainnya. Bitcoin mengalami kenaikan 80,09% dalam setahun terakhir, sedangkan IHSG, emas, dan obligasi berturut-turut berkisar pada angka 2,28%, 14,84%, dan 13,15%.
Lantas bagaimana prosepek ke depan? Oscar menjelaskan aset kripto dan teknologi blockchain kini semakin dikenal dan digemari oleh masyarakat karena berbagai inovasi yang dibawanya. Hal ini dapat dilihat dari makin banyaknya instansi yang mulai membangun teknologi blockchain untuk mendukung transparansi kepada publik. Tak hanya itu, pemerintah dari berbagai negara juga mendukung melalui regulasi. Investor, lanjutnya juga sudah lebih dewasa sehingga mereka lebih skeptis terhadap rumor atau berita miring yang beredar tanpa dasar.
“Para investor kini tidak lagi menganggap aset kripto sebagai hal yang menyeramkan karena mereka mulai menyadari kalau kripto sebagaimana halnya emas memiliki nilai atas fisik digitalnya. Bahkan, kalangan anak muda justru melihat hal ini sebagai peluang besar untuk berspekulasi atas kripto yang per harinya bisa naik turun lebih dari 10% ” ungkap Oscar dalam keterangan tertulis yang diterima Iconomics, Selasa (7/1).
Oscar berkeyakinan pasar kripto akan terus mengalami pertumbuhan stabilitas yang semakin membaik dari tahun-tahun sebelumnya. Apalagi di Indonesia saat ini, menurutnya, perdagangan kripto sudah diatur di bawah Bappebti.
Disamping itu, menurut Oscar kebijakan pelonggaran moneter (dovish) oleh sebagian bank sentral dunia dalam upaya menghadapi perang dagang Tiongkok-Amerika dan berkurangnya supply bitcoin akibat Halving Day 2020 tentu saja akan membuat demand terhadap bitcoin semakin meningkat. Sementara itu, supply di pasar tidak bisa mengimbangi permintaan bitcoin tersebut. Akibatnya, pengguna akan kembali melihat Bitcoin sebagai investasi aset bernilai tinggi di jangka panjang yang kemudian diikuti dengan tumbuhnya ekosistem trading bitcoin dan aset kripto lainnya.
Faktor lain yang perlu dicermati, lanjut Oscar adalah fungsi dari Bitcoin sebagai safe haven seperti emas sehingga akan menjadi komoditas yang paling dicari saat kondisi krisis. Contohnya, menurut Oscar, fenomena memanasnya hubungan Iran dengan AS saat ini membuat harga Bitcoin di Iran naik hingga US$ 25.000 per 1 bitcoin-nya karena warga Iran ketakutan apabila terjadi perang. Perseteruan antara AS dan Korea Utara pada tahun lalu, menurut Oscar juga membuat harga Bitcoin naik.
Leave a reply
