Hari Pertama di BEI, Harga Saham LAJU Melaju 35%

0
403

PT Jasa Berdikari Logistics Tbk dengan kode saham LAJU resmi menjadi perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (27/1). Menjadi perusahaan tercatat ke-10 pada tahun ini, perusahaan yang bergerak di bidang jasa logistik ini menawarkan 700 juta lembar saham kepada publik dengan harga nominal Rp25 per saham dan harga penawaran perdana Rp100 per saham.

Pada hari pertama debutnya di lantai Bursa, harga saham LAJU melaju dengan kecepatan maksimal alias naik 35% atau menyentuh batas atas kenaikan harga saham dalam satu hari perdagangan bursa atau Auto Rejection Atas (ARA).

Mengutip RTI, harga saham LAJU langsung bertengger di level Rp135 per saham, naik Rp35 dari harga penawaran perdana Rp100 per saham. Jumlah saham yang diperdagangkan sebayak 29,4 juta lembar, dengan nilai transaksi Rp3,9 miliar.

“PT Jasa Berdikari Logistics Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang transportasi dan logistik dengan jumlah armada sekitar 450 armada dan tersebar di seluruh Indonesia, khususnya di Pulau Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Harapan kami kedepan, dengan menjadi bagian dari pasar modal Indonesia, kami dapat menerapkan praktik Good Corporate Governance sehingga mampu meningkatkan nilai tambah bagi investor dan pemangku kepentingan,” ujar James Budiarto Tjandrakesuma, Direktur Utama PT Jasa Berdikari Logistics Tbk.

Baca Juga :   Resmi Melantai di BEI, Harga Saham Multitrend Indo Tbk (BABY) Dibuka Menguat 12,7%

Dengan melepaskan 700 juta lembar saham kepada publik, PT Jasa Berdikari Logistics Tbk mendapatkan dana Rp700 miliar dari penawaran umum perdana saham atau IPO ini. Dana tersebut digunakan, antara lain untuk pembelian aset berupa 25 unit armada (truk) dan tanah.

Sebelumnya, Eric Christian Samalo, Komisaris Utama PT Jasa Berdikari Logistics Tbk menjelaskan jasa logistik yang ditawarkan oleh Perseroan bersifat dedicated dan integrated logistic services.

Eric menjelaskan dedicated logistic services adalah Perseroan mendedikasikan sumber daya kepada klien. Artinya, Perseroan tidak berbagi sumber daya kepada klien lain. “Contohnya, kalau kita menyediaka satu kendaraan truk kepada satu klien, kendaraan itu didedikasian hanya klien tersebut berserta tim yang menjalankan operasional kendaraan tersebut dan back office-nya,” ujarnya.

Saat ini PT Jasa Berdikari Logistics Tbk memiliki 448 armada dan memiliki beberapa klien seperti Alfamidi, Mulia Keramik, produsen air dalam kemasan PT Tirta Sukses Perkasa, dan perusahaan e-commerce SIRCLO.

“Kita tidak akan bergerak jauh dari dunia FMCG (Fast moving consumer good) dimana FMCG itu sudah terbukti, jenis produk yang tahan terhadap segala cuaca, dalam arti, walaupun krismon atau pandemi atau apa, FMCG tetap dibutuhkan karena itu adalah kebutuhan pokok hari-hari,” ujar James Budiarto Tjandrakesuma, Direktur Utama PT Jasa Berdikari Logistics Tbk.

Baca Juga :   4 Perusahaan Melantai di Bursa dalam Sehari, Pesan Bos BEI: Bangun Lebih Pagi, Tidur Lebih Malam

James mengatakan Perseroan juga akan fokus mengembangkan usaha di segmen pelanggan berbasis e-commerce, seiring dengan perkembangan pesat e-commerce saat ini.

Antonius Edison Siregar, Direktur PT Jasa Berdikari Logistics Tbk mengungkapkan tahun 2022 lalu berdasarkan Laporan Keuangan Unaudited, Perseroan membukukan pendapatan sebesar Rp147 miliar, tumbuh 25% dibandingkan tahun 2021. “Kami proyeksikan growth 20% di tahun 2023 menjadi Rp177 miliar,”ujar Antonius.

Dari sisi laba bersih juga akan tumbuh postitif. Antonius mengatakan tahun 2022 lalu, laba bersih Perseroan sebesar Rp12 miliar atau meningkat 50% dibandingkan tahun 2021 yaitu Rp8 miliar. “Kami juga memproyeksikan ada kenaikan laba bersih sebesar 42% di tahun 2023 menjadi Rp17 miliar,” ujarnya.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics