
Ketidakpastian Pasar Keuangan Global Meningkat, BI Siaga Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo/Dok. Iconomics
Perry mengatakan yield US Treasury naik dari semula 1,35% menjadi 1,67% dan terakhir berada di level 1,61%. Seiring dengan kenaikan yield US Treasury tersebut, mata uang di berbagai negara juga mengalami tekanan. Demikian juga yield surat berharga negara.
“Oleh karena itu, kami bersama Kementerian Keuangan, mari kita jaga bersama stabilitas nilai tukar, stabilitas pasar SBN,” ujar Perry saat konferensi pers, Kamis (18/3).
Dari sisi BI, Perry menjelaskan langkah stabilisasi rupiah yang dilakukan adalah melalui intervensi di pasar spot, intervensi Domestic Non Delivery Forward (DNDF) dan melakukan pembelian SBN dari pasar sekunder.
“Kami membeli SBN di pasar sekunder Rp8,5 triliun dari Rp19,6 triliun SBN yang keluar atau dijual oleh inevstor asing,” ujar Perry.
BI, lanjutnya juga terus berkomunikasi dengan Kementerian Keuangan untuk menjaga stabilitas dari pasar SBN. “Dalam bentuknya apa? Tentu saja target lelangnya diturunkan, supaya kenaikan yield-nya tidak terlau tinggi,” ujarnya.
Sesuai kesepakatan dengan Kementerian Keuangan, BI juga melakukan pembelian SBN di pasar perdana apabila tidak diserap oleh pasar, melalui mekanisme non-competitive bidder dan green shoe option. Hingga 16 Maret 2021, BI telah membeli SBN dari pasar perdana sebesar Rp65,03 triliun terdiri dari Rp22,9 triliun melalui mekanisme lelang utama dan sebesar Rp42,13 triliun melalui mekansieme lelang tambahan atau green shoe option.
“Komitmen Bank Indonesia adalah terus melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai fundamental dan mekanisme pasar. Dalam konteks seperti ini, sebagaimana tadi telah saya sebutkan bahwa Bank Indonesia akan terus berada di pasar dan melakukan langkah-langkah kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah yaitu melalui intervensi di pasar spot, Domestic Non Delivery Forward (DNDF), maupun juga pembelian SBN dari pasar sekunder,” ujar Perry.
Halaman BerikutnyaLeave a reply
