Semester Pertama 2023, Unilever Indonesia Raih Laba Bersih Rp2,8 Triliun

0
252

PT Unilever Indonesia, Tbk. (UNVR) melaporkan penjualan bersih sebesar Rp20,3 triliun sepanjang semester pertama tahun 2023 ini. Pencapaian tersebut turun 5,5% dibanding periode yang sama tahun lalu (year on year/YoY). Perseroan juga membukukan laba bersih sebesar Rp2,8 triliun, turun 19,6% YoY.

Spesifik di kuartal kedua saja, penjualan Unilever Indonesia tercatat sebesar Rp9,7 triliun, turun 8,8% YoY. Penjualan pasar domestik turun 8,3% YoY. Sementara itu, laba bersih pada kuartal kedua sebesar Rp1,4 triliun, turun 3,9% YoY.

Ira Noviarti, Presiden Direktur Unilever Indonesia mengatakan meski dari sisi penjualan mengalami penurunan, tetapi Perseroan berhasil meraih kenaikan pangsa pasar dari sisi volume dan berhasil mempertahankan pangsa pasar dari sisi nilai (value).

Ira mengatakan penurunan kinerja pada semester pertama 2023 ini antara lain terjadi karena disrupsi yang terjadi pada industri e-commerce sejak kuartal ketiga 2022 lalu. Perubahan yang terjadi pada industri e-commerce ini berpengaruh pada penjualan Unilever.

“Walaupun kita, dari segi kinerja di e-commerce ini masih lebih tinggi dibandingkan market-nya sendiri. Tetapi karena market-nya sendiri menurun akhirnya terefek lumayan signifikan,” ujarnya saat konferensi pers, Senin (24/7).

Baca Juga :   Premiumisasi, Cara Unilever Indonesia Merangsek ke Konsumen Kelas Atas

Selain karena disrupsi di e-commerce, faktor yang juga signifikan mempengaruhi kinerja adalah penurunan harga yang dilakukan pada kuartal pertama dan kedua tahun ini. Ira mengatakan tahun lalu, Unilever melakukan kenaikan harga 14-15% akibat inflasi. Namun, ternyata langkah Unilever ini tak diikuti oleh kompetitor. Karena itulah pada semester pertama tahun ini, Unilever pun menurunkan harga sejumlah produknya.

“Karena apabila kita terlalu mahal, jauh terlalu mahal terhadap kompetitor, kita akan kehilangan market share. Jadi, kami harus melakukan penyesuaian harga pada kuartal pertama dan dua,” ujar Ira.

Lebih lanjut Ira mengatakan meski laba bersih juga menurun, tetapi margin kotor pada kuartal kedua 2023 yang mencapai 50,5% merupakan yang tertinggi dalam delapan kuartal terakhir.

“Performance yang sangat bagus di margin ini merupakan hasil dari saving insiatif yang kami lakukan di seluruh lini perusahaan dimana juga didukung dengan penurunan harga komoditas,” ujarnya.

Ira optimistis kinerja perseroan ke depan akan membaik. “Kami memahami bahwa inflasi dan biaya hidup berdampak signifikan terhadap kebiasaan belanja konsumen, hal ini diperkirakan akan bertahan selama beberapa kuartal ke depan. Terlepas dari perlambatan konsumsi rumah tangga saat ini, kami memiliki optimisme terhadap pasar FMCG Indonesia secara jangka panjang. Oleh karena itu, Perseroan terus beradaptasi untuk memastikan bahwa bisnis kami selalu kompetitif,” ujarnya.

Leave a reply

Iconomics