DBS Ubah Cara Bekerja Secara Radikal dan Komprehensif, Inilah Langkah-langkahnya

0
444

DBS beberapa waktu lalu mengumumkan akan menerapkan rangkaian prakarsa perubahan dalam rangka mewujudkan kaidah bekerja baru di masa depan. Rangkaian prakarsa ini merupakan hasil dari penelitian, eksperimen, dan jajak pendapat yang dilakukan terhadap karyawan oleh tim internal Future​ of Work (FOW) lintas fungsi regional sejak enam bulan lalu.

CEO DBS Bank Limited, Piyush Gupta menyampaikan seiring dengan cara hidup, bekerja, dan aktivitas perbankan yang akan terus berubah secara dramatis, DBS harus siap menghadapi disrupsi yang ada di depan mata.

“Kami siap untuk mengubah cara kami bekerja secara radikal dan komprehensif, di antaranya melalui penerapan pola kerja hybrid​, pengaturan kerja fleksibel, dan pembentukan squad​ sembari menciptakan ruang kerja yang akan membantu meningkatkan kolaborasi dan inovasi. Kami juga akan mempercepat upskilling ​karyawan secara luas, dan menanamkan pola pikir data-driven​ operating models di seluruh bank. Dengan menerapkan langkah-langkah ini, kami yakin bahwa Tim DBS akan tampil sebagai tenaga kerja mumpuni dan memimpin di masa depan,” kata Piyush Gupta dalam siaran pers.

Baca Juga :   Erick Thohir: Vaksin Sinovac dan UEA Halal untuk Masyarakat Indonesia

Adapun sejumlah prakarsa tersebut meliputi pola kerja hybrid, pengaturan kerja fleksibel, bekerja secara cekatan melalui struktur squad, merancang ulang area kerja, dan membekali karyawan dengan keahlian masa depan.

Mengenai pola kerja hybrid terdapat temuan tim FOW bahwa 4 dari 5 karyawan DBS dapat bekerja jarak jauh dengan produktif. Namun, meskipun produktivitas tetap terjaga saat bekerja jarak jauh, tantangan muncul dalam membangun hubungan dan bersinergi dengan rekan kerja lain. Berangkat dari hasil ini maka akan dijajaki pengimplementasian pola kerja hibrid​sebagai kombinasi dari bekerja di kantor dan bekerja jarak jauh. Karyawan akan diberi keleluasaan untuk bekerja jarak jauh hingga maksimum 40% dari total waktu kerjanya.

Dalam soal pengaturan kerja fleksibel, berdasar pengalaman Bank DBS Indonesia dalam menjalankan operasional melalui split​ team selama pandemi dalam beberapa bulan terakhir, Bank DBS Indonesia sedang menjajaki kemungkinan mengimplementasikan lebih banyak alternatif pengaturan skema kerja yang nantinya dapat menjawab tantangan aneka disrupsi dan perubahan yang disebabkan oleh kondisi pandemi ini.

Baca Juga :   Analis DBS: Menkeu Baru, Reformasi Fiskal Tetap Jadi Prioritas

Prakarsa berikutnya mengenai bekerja secara cekatan melalui struktur squad. DBS akan mempercepat transisi menuju bentuk organisasi yang tidak berdasarkan atas pengelompokan departemen, melainkan berdasarkan tim-tim kecil yang disebut squad​ ​. Squad​​ akan terdiri dari berbagai fungsi dan keahlian yang berbeda. DBS akan terus memperluas squad​ yang telah terbentuk di beberapa fungsi, terutama di bidang teknologi ke bagian-bagian lain dalam skala yang lebih besar lagi.

Prakarsa lainnya berupa membekali karyawan dengan keahlian masa depan. Bank DBS Indonesia harus terus mengupayakan upskill​​ (peningkatan kemampuan) dan reskill​ (pelatihan untuk kemampuan baru) bagi ​setiap karyawannya. Karyawan akan menjalani pelatihan pada bidang-bidang yang kini sedang bertumbuh seperti design thinking​, data dan analisa, artificialintelligence​, machine​ learning​, dan prinsip-prinsip agile​ ​. Lebih dari 7.200 karyawan di seluruh jaringan kantor yang terkait dengan Bank DBS akan menjalani program upskill ​ ​dan reskill ​​ini.

Dalam prakarsa lainnya, DBS Indonesia juga merancang ulang area kerja. Lebih dari 80% karyawan DBS menyatakan menyukai ruang kerja yang terbuka. Ruang kerja yang terbuka membantu memfasilitasi terjadinya diskusi informal dan inovasi bersama, yang sulit dilakukan dari jarak jauh. Berdasarkan pengalaman dalam mengembangkan “JoySpaces​ ​”, atau ruang kerja berbasis kegiatan (activity-based workspaces) maka sejak 2016, DBS akan terus merancang ulang ruang kerjanya untuk memungkinkan terciptanya kolaborasi dan inovasi yang lebih baik antar karyawan.

Leave a reply

Iconomics