
Setelah Kandas dengan Bank Muamalat, BTN Finalisasi Akuisisi Bank Umum Syariah

Jajaran direksi BTN pada papran kinerja kuartal I-2024/Foto: Dok.BTN
PT Bank Tabungan Negara Tbk atau BTN rupanya masih terus melanjutkan rencananya mengakuisisi Bank Umum Syariah (BUS) untuk kemudian dimerger dengan BTN Syariah yang masih berstatus Unit Usaha Syarfiah (UUS).
Setelah rencana akuisisi Bank Muamalat kandas, BTN kini sedang menuntaskan rencana akuisisi Bank Umum Syariah lainnya, yang hingga kini belum diungkapkan secara resmi.
“Saat ini proses uji tuntas atau due diligence terhadap calon bank yang akan diakuisisi telah sampai pada tahap finalisasi,” kata Ramon Armando, Sekretaris Perusahaan BTN dalam keterangan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (19/11).
Ramon mengungkapkan, “Perseroan dan Pemegang Saham Pengendali bank yang akan diakuisisi sedang melakukan negosiasi serta menyusun perjanjian jual beli bersyarat atau Conditional Sale and Purchase Agreement (CSPA).”
“Perseroan juga sedang mempersiapkan dokumen-dokumen persyaratan untuk proses persetujuan kepada Regulator dan pemegang saham Perseroan,”kata Ramon.
Setelah rencana akuisisi Bank Muamalat kandas, BTN dikabarkan mengakuisisi Bank Victoria Syariah, yang merupakan salah satu dari 13 Bank Umum Syariah (BUS) yang eksis saat ini di Indonesia.
Belum ada pernyataan resmi, baik dari BTN maupun Bank Victoria soal informasi tersebut.
Yang terang, akuisisi dilakukan BTN untuk memenuhi kewajiban pemisahaan Unit Usaha Syariah (spin off), sesuai Peraturan OJK No.12 Tahun 2023.
Dalam aturan tersebut disebutkan, Bank Umum Konvensional (BUK) yang memiliki UUS dengan nilai aset UUS telah mencapai 50% dari total nilai aset BUK induknya dan/atau jumlah aset UUS paling sedikit Rp50 triliun, wajib melakukan pemisahan UUS dengan tahapan tertentu yang memperhatikan kinerja industri jasa keuangan yang efisien, sehat, dan berkelanjutan.
Pemisahaan UUS dilakukan dengan dua cara. Pertama, mendirikan Bank Umum Syariah (BUS) baru yang merupakan BUS hasil pemisahan. Atau kedua, mengalihkan hak dan kewajiban UUS kepada BUS yang telah ada yang merupakan BUS penerima pemisahan.
Berdasarkan laporan keuangan Juni 2024, BTN Syariah yang masih berstatus UUS BTN, memiliki nilai aset sebesar Rp55,54 triliun.
Ramon mengatakan, untuk pemisahaan UUS ini, BTN “mengambil opsi yang paling efisien, mudah dan cepat dilaksanakan”. Opsi tersebut adalah akuisisi Bank Umum Syariah yang sudah eksis.
Konsolidasi perbankan syariah
Dalam berbagai kesempatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyambut positif rencana akuisisi yang dilakukan BTN maupun bank lainnya. OJK menyatakan, konsolidasi di perbankan syariah memang diperlukan karena saat ini Indonesia memiliki banyak bank syariah baik BUS maupun UUS, tetapi nilai asetnya kecil-kecil sehingga tidak kompetitif terhadap perbankan konvesional.
Dalam riset Theiconomics.com tahun lalu, dengan mengacu pada Statistik Perbankan Syariah yang diterbitkan OJK per September 2023, total aset perbankan syariah di Indonesia mencapai sekitar Rp810 triliun, yang terdiri dari Rp550,92 triliun aset BUS dan Rp259,07 triliun aset UUS.
Pada periode tersebut, Indonesia memiliki 13 Bank Umum Syariah (BUS) dan 20 Unit Usaha Syariah (UUS).
Nilai aset perbankan syariah tersebut masih berada di bawah jumlah aset Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Mandiri, Bank Central Asia (BCA) dan Bank Negara Indonesia (BNI).
Ketimpangan nilai aset masing-masing bank syariah, baik BUS maupun UUS juga cukup lebar. Saat riset dilakukan, Bank Syariah Indonesia (BSI) merupakan bank syariah dengan aset terbesar yaitu Rp319,85 triliun atau 39,5% dari total aset perbankan syariah di Indonesia. Dengan jumlah aset tersebut, BSI – yang merupakan hasil merger tiga bank syariah milik bank BUMN – masuk dalam jajaran 10 bank dengan aset terbesar di Indonesia.
Sementara itu, aset Bank Muamalat Indonesia yang merupakan Bank Umum Syariah (BUS) terbesar kedua setelah BSI, nilai asetnya “hanya” Rp66,2 triliun. Demikian juga aset CIMB Niaga Syariah yang merupkan UUS dengn aset terbesar, nilai asetnya juga “hanya” Rp61,46 triliun, juga jauh di bawah BSI.
Leave a reply
