Menperin: Kinerja Manufaktur Masih Posiitif Kuartal I

0
518

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan bahwa industri pengolahan di Tanah Air masih mampu menunjukkan geliat yang positif di tengah tekanan dari dampak pandemi Covid-19.

Hal ini tercermin melalui capaian nilai ekspor sepanjang triwulan I tahun 2020, hingga mengalami surplus pada neraca perdagangan.

“Industri pengolahan mengalami tekanan mulai Maret 2020 akibat Covid-19, namun data ekspor industri pengolahan memberikan optimisme untuk tetap bertahan,” kata Menperin lewat keterangannya di Jakarta, Kamis (23/04/2020).

Menperin mengungkapkan, kinerja pengapalan sektor manufaktur nasional pada tiga bulan pertama tahun ini meningkat 10,11% dibanding periode yang sama tahun lalu. Sepanjang triwulan I-2020, ekspor dari industri pengolahan menembus angka US$32,99 miliar, sedangkan nilai impornya tercatat sekitar US$31,29 miliar.

“Sehingga terjadi surplus sebesar US$1,7 miliar. Bahkan, ekspor industri pengolahan pada triwulan I-2020 memberikan kontribusi signfikan hingga 78,96% terhadap total ekspor nasional yang mencapai US$41,78 miliar,” katanya.

Lima sektor sebagai penyumbang terbesar pada nilai ekspor manufaktur nasional selama tiga bulan pertama tahun ini, yaitu industri makanan yang membukukan US$7,17 miliar, diikuti industri logam dasar US$5,48 miliar, industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia US$2,99 miliar. Kemudian, industri pakaian jadi US$2,02 miliar, serta industri karet, barang dari karet dan plastik US$1,78 miliar.

Baca Juga :   Kemenperin Bagikan 35 Juta Masker untuk Masyarakat

Sementara itu, kinerja pengapalan sektor manufaktur pada Maret 2020, juga mengalami peningkatan  7,41% dibanding capaian Maret 2019. Ekspor dari industri pengolahan di bulan ketiga tahun ini, tercatat menembus angka US$11,12 miliar, sedangkan nilai impornya sekitar US$10,80 miliar.

“Sehingga mengalami surplus pada neraca perdagangan sebesar US$0,32 miliar. Industri pengolahan pada Maret 2020 juga berkontribusi gemilang hingga 78,92% terhadap total nilai ekspor nasional yang mencapai US$14,09 miliar,” katanya.

Adapun lima sektor yang menjadi champion pada perolehan ekspor manufaktur nasional selama Maret 2020, yakni industri makanan dan minuman yang membukukan nilai ekspor US$2,47 miliar, diikuti industri logam dasar US$1,96 miliar, industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia US$1,04 miliar.

Lalu, industri barang dari logam, komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik US$1,02 miliar, serta industri tekstil dan pakaian jadi US$0,96 miliar.

“Kami melihat bahwa terjadi shifting pertumbuhan ekspor yang awalnya didorong oleh CPO dan produk hilirnya serta tekstil di tahun 2019, di triwulan I-2020 khususnya bulan Maret ini, kedua komoditas tersebut tergantikan oleh besi baja termasuk logam mulia, serta kertas dan permesinan,” ujar Menperin.

Baca Juga :   Komisi VII Minta Pemerintah Tingkatkan Pembangunan Kawasan Industri Manufaktur

Pertumbuhan ekspor yang tinggi dari komoditas besi baja, didorong oleh perusahaan di Kawasan Industri Morowali dengan tujuan pasar utamanya ke China dan beberapa negara lainnya.

“Walaupun demikian, komposisi nominal ekspor terbesarnya masih ditempati oleh CPO dan produk hilirnya, serta tekstil dan alas kaki,” katanya.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics