Pemerintah Diminta Tangani Inflasi Secara Serius karena Tahun Depan Akan Lebih Berat

0
246
Reporter: Rommy Yudhistira

Anggota Komisi XI DPR Ecky Awal Mucharam mendesak pemerintah menangani inflasi dan dampaknya terutama jelang akhir 2022. Apalagi, kondisi inflasi pangan dinilai akan lebih berat dihadapi tahun depan bila tidak segera ditangani pemerintah.

Hal itu, kata Ecky, juga tercermin dalam Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang menurun menjadi 117,2 dari yang sebelumnya sebesar 124,7. “Artinya terjadi penurunan signifikan pada keyakinan konsumen, situasi ini tidak baik karena kita akan menghadapi tantangan lebih berat tahun depan terkait ketidakpastian ekonomi global,” kata Ecky dalam keterangannya, Selasa (1/11).

Selain itu, kata Ecky, pemerintah juga perlu untuk mengendalikan inflasi pangan yang dinilai semakin mengancam tingkat daya beli masyarakat. Kenaikan inflasi yang tinggi dikhawatirkan akan mencapai 6% hingga 7%, jika tidak segera dikendalikan pemerintah.

Berdasarkan catatannya, kata Ecky, harga-harga bahan pangan mengalami kenaikan cukup tajam pada Oktober 2022 jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Beberapa bahan pokok yang mengalami kenaikan seperti beras naik 5%, daging sapi 7,5%, telur 23%, minyak goreng 10,7%, cabai rawit 23,3% dan pangan lainnya yang juga mengalami kenaikan.

Baca Juga :   Dicecar soal Keterlibatan Apdesi Dukung Jokowi 3 Periode, Ini Jawaban Mendagri Tito

Ecky menyebutkan, kenaikan harga pangan yang terjadi juga disebabkan dari adanya faktor pelemahan rupiah dan setiap pelemahan 1% berkontribusi 0,4 basis poin inflasi. Karena itu, pemerintah dan Bank Indonesia (BI) juga diminta bekerja lebih keras dalam menjaga stabilitas rupiah.

“Jika ini tidak terkendali dan tidak diredam, pemulihan ekonomi akan terhambat, inflasi merangkak naik sehingga daya beli turun,” ujar Ecky.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini, pada Oktober 2022 menunjukkan inflasi sebesar 4,73% secara bulanan dan 5,71% secara tahunan (yoy), dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 112,75.

Inflasi tertinggi secara yoy terjadi di Tanjung Selor sebesar 9,11% dengan nilai IHK 112,73 dan terendah terjadi di Ternate 3,32% dengan IKH 110,75. Inflasi yang terjadi disebabkan dari adanya kenaikan harga yang ditunjukan dari kenaikan indeks kelompok pengeluaran seperti kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 6,76%; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 1,50%; kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 3,30%

Baca Juga :   Indonesia Disebut Butuh Indeks Harga Pangan Nasional untuk Cegah Kartel

Kemudian kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 5,08%; kelompok kesehatan sebesar 2,70%; kelompok transportasi sebesar 16,03%; kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 2,85%; kelompok pendidikan sebesar 2,74%; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 4,72%; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 5,41%. Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks, yaitu: kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,42%.

Sedangkan untuk tingkat deflasi secara mtm pada Oktober 2022 sebesar 0,11% dan tingkat inflasi secara year to date (ytd) sebesar 4,73%. Tingkat inflasi yoy komponen inti sebesar 3,31%, inflasi bulanan sebesar 0,16%, dan inflasi year to date sebesar 2,97%.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics