Kemenkes: Teknologi Digital Bisa Mengisi Gap Layanan Kesehatan

0
271
Reporter: Maria Alexandra Fedho

Kementerian Kesehatan melihat digitalisasi bisa mengisi ruang kosong akses layanan Kesehatan di Indonesia. Chief of Digital Transformation Kementerian Kesehatan, Setiaji mengatakan bahwa ketika pandemi Covid-19, ketahanan kesehatan Indonesia benar-benar diuji. Dari sisi jumlah dokter maupun rumah sakit pun masih belum dapat memenuhi kebutuhan kapasitas. Menurutnya, pembangunan fasilitas kesehatan seperti rumah sakit maupun puskesmas membutuhkan waktu tiga tahun, sehingga dibutuhkan rumusan yang tepat untuk mengatasi gap yang ada.

“Rumusan yang paling tepat adalah menggunakan teknologi, teknologi ini bisa bergerak sangat cepat. Dulu waktu Covid bagaimana telekonsultasi, telemedicine ini sangat membantu mengisi layanan kesehatan dan tentunya ini meng-cover semua layanan kesehatan kita ya masyarakat Indonesia yang tinggal di 17 ribu pulau ini bisa terpenuhi,” papar Setiaji dalam Media Gathering Panadol Klinik Cekatan pada Senin (29/05/2023).

Setiaji melihat fasilitas yang dihadirkan Haleon dan Halodoc yakni telepon Panadol cekatan dapat membantu memperluas akses layanan kesehatan masyarakat Indonesia.

“Dokternya tidak harus ada disana tapi bisa ditelepon ga harus ada di daerah sehingga warga masyarakat tertinggal di daerah pun tetap bisa mendapatkan aksesibilitas terhadap layanan kesehatan seperti halnya masyarakat yang ada di kota,” jelasnya

Baca Juga :   The Man Behind Digital Transformation

Adapun berdasarkan data dari United Nations Population Division World sebanyak 43% penduduk Indonesia tinggal di daerah pedesaan dan sebagian dari mereka tidak memiliki akses perawatan diri dan kesehatan yang memadai.

Setiaji menyampaikan bahwa pihaknya juga telah melakukan integrasi layanan kesehatan sehingga ke depan seluruh masyarakat Indonesia bisa mendapatkan akses terhadap layanan kesehatan. Dalam hal ini integrasi tersebut berada dalam aplikasi Satu Sehat mobile, yang semula dikenal PeduliLindungi.

Aplikasi Satu Sehat ini, Setiaji sebut ketika pandemi Covid-19 kemarin mendapat animo masyarakat yang cukup besar.

“Waktu Covid animonya cukup besar 6 ribu paket terkirim every day, ter-deliver, kemudian secara total saat ini 1 juta lebih pasien yang dilayani pada saat Covid gunakan layanan telemedicine,” ucap Setiaji.

Setiaji berharap dengan dengan inovasi maupun teknologi, contohnya seperti integrasi layanan kesehatan berupa Satu Sehat maupun telepon Panadol Cekatan ini dapat meng-cover ribuan lokasi masyarakat Indonesia untuk mendapatkan akses kesehatan. Hal ini mengingat jumlah puskesmas yang terbatas sedangkan desa tersebar di Indonesia sebanyak ratusan ribu.

Leave a reply

Iconomics