Belanja Daring Jadi Fenomena, Ini yang Perlu Dilakukan Konsumen Sebelum Bertransaksi

0
695

Berbelanja secara daring atau e-commerce merupakan sebuah fenomena yang telah hadir sejak 3 atau 4 tahun terakhir. Fenomena yang cukup populer di kalangan milenial yang semakin diperkuat di masa pandemi Covid-19.

Menurut Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi, di masa pandemi ini mobilitas masyarakat terbatas termasuk dalam hal kontak fisik. Itu sebabnya, banyak transaksi dilakukan secara daring baik itu untuk berbelanja maupun diskusi-diskusi yang dilakukan secara virtual.

“Satu sisi memberi manfaat kepada konsumen, di sisi lain memunculkan kewaspadaan-kewaspadaan karena masih ada masyarakat yang belum mengerti sepenuhnya soal transaksi secara daring ini,” kata Tulus dalam sebuah diskusi virtual, Selasa (20/4).

Sementara itu, Ketua Komunitas Konsumen Indonesia (KKI) David Tobing mengatakan, transaksi secara daring itu memang berisiko. Apalagi transaksi secara daring itu sama sekali tanpa mengunjungi fisik toko, tidak bertemu dengan penjual dan tidak merasakan atau mencoba produknya tapi transaksinya dilakukan lewat perangkat elektronik.

Berdasarkan ciri-ciri tersebut, kata David, maka masyarakat sangat perlu berhati-hati dalam bertransaksi secara daring. Soalnya, transaksi demikian penuh risiko.

Baca Juga :   Komdigi Ajak Platform Meta, TikTok dan X Bantu Pemerintah Berantas Judi Online

“Beda jika penjual tersebut sekaligus produsen sebuah produk, misalnya. Itu risikonya agak lebih kecil. Soalnya produsen ini selain di platform yang lain, juga menjual produknya tersebut di situsnya sendiri. Ini lebih aman,” kata David.

Menurut David, ada beberapa tips yang bisa dilakukan masyarakat ketika betransaksi secara daring. Pertama, belanjalah sesuai dengan kebutuhan bukan karena iming-iming promo yang menggiurkan padahal informasi produk tersebut sebenarnya sudah tidak masuk akal.

“Kemudian, sebelum membeli barang atau produk coba uji dengan mencarinya langsung di situs resmi produk tersebut. Saya terima pengaduan masyarakat itu justru dari produk yang sering sampaikan bahwa produk mereka itu original, padahal kenyataannya tidak,” kata David.

 

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics