
Didorong oleh Pendapatan Berbasis Fee, Laba Bersih BSI Naik 10% Menjadi Rp1,88 Triliun

Ilustrasi layanan BSI/Foto: Dok.BSI
PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau BSI membukukan laba bersih sebesar Rp1,88 triliun pada kuartal pertama 2025, naik 10,05% dibanding periode yang sama tahun lalu (year on year/YoY). Peningkatan pendapatan barbasis fee (fee based income) mendongkrak kinerja keuangan bank syariah terbesar di Indonesia ini.
Plt Direktur Utama BSI Bob T Ananta menyampaikan fee based income BSI tumbuh 39,3% menjadi Rp1,7 triliun pada periode tersebut.
“Secara komposisi fee based ratio juga naik signifikan per Maret 2025 dari 16,91% ke level 20,35%,” ujar Bob.
Bob menjelaskan meningkatnya fee based ratio adalah dampak dari implementasi strategi perbaikan infrastruktur transaction banking sepanjang tahun lalu, seperti peluncuran BYOND by BSI, penambahan EDC, QRIS BSI, ditambah fokus pada bisnis emas terutama setelah penetapan BSI sebagai bank emas oleh Presiden Republik Indonesia pada 26 Februari 2025.
“Dalam kondisi ekonomi global yang challenging, emas telah menjadi jalan keluar bagi investor untuk menempatkan dananya dan ini menjadi big opportunity bagi BSI,” ujarnya.
Bisnis emas BSI melalui BYOND by BSI naik signifikan, didorong tren pembelian emas oleh nasabah dan kesiapan produk emas BSI.
Per posisi Maret 2025 bisnis emas di BSI melesat 81,99% YoY ke level Rp14,33 triliun. Cicil emas mendominasi pertumbuhan bisnis emas mencapai Rp7,37 triliun tumbuh 168,64% YoY, Gadai Emas mencapai Rp6,96 triliun tumbuh 35,65% YoY. Bisnis emas mampu memberikan kontribusi fee based income perusahaan sebesar 17,81%. Pendapatan fee based lainnya dari bisnis e-chanel dan treasury juga meningkat.
Jumlah nasabah bisnis emas BSI naik signifikan sekitar 28% menjadi sekitar 119 ribu nasabah per Maret 2025, dengan saldo emas mencapai 621 kg.
Bob mengakui bisnis berbasis emas menjadi penting karena merupakan bagian dari pertumbuhan anorganik dan menjadi krusial disaat kondisi ekonomi yang cukup menantang saat ini.
Direktur Finance & Strategy, Ade Cahyo Nugroho menambahkan peningkatan fee based ratio ke level 20% terhadap total pendapatan menggambarkan ke depan pendapatan BSI perlahan akan mulai bergeser dari yang sifatnya berbasis margin (bunga), menjadi berbasis fee based income.
“Ini sinyal yang sangat positif, karena fee based ratio ini beranjak terus naik,” ujar Ade.
Per akhir Maret 2025, aset BSI tercatat sebesar Rp401 triliun, tumbuh 12% YoY. Dana Pihak Ketiga tumbuh 7,4% YoY ke level Rp319 triliun di mana 60,96% dikontribusi oleh dana murah (CASA).
Pembiayaan BSI tumbuh 16,21% YoY menjadi Rp287,2 triliun. Pembiayaan ke segmen konsumer, bisnis emas dan kartu mencapai Rp156,71 triliun tumbuh 16,08%, disusul segmen wholesale mencapai Rp80,62 triliun tumbuh 17,28% dan retail Rp49,87 triliun tumbuh 14,91%.
Kualitas pembiayaan terjaga dengan indikasi NPF Gross 1,88% membaik dari periode sebelumnya. Cost of credit (CoC) perseroan juga membaik di level 0,93%.
Leave a reply
