Hingga September Akulaku Finance Salurkan Pembiayaan Rp10,4 Triliun, Presdir Optimistis Lampaui Target

0
737

Industri e-commerce yang sedang tumbuh pesat turut mendongkrak kinerja bisnis PT Akulaku Finance Indonesia (AFI), perusahaan pembiayaan yang merupakan bagian dari Akulaku Group. Selama 9 bulan pertama tahun 2022 ini, penyaluran pembiayaan AFI sudah nyaris mencapai target yang ditetapkan dalam Rencana Bisnis Perusahaan Pembiayaan yang disampaikan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Efrinal Sinaga, Presiden Direktur AFI mengungkapkan tahun ini, dalam rencana bisnis ke OJK, AFI menargetkan pembiayaan mencapai Rp11,1 triliun.

“Kita lihat September kemarin saja kita closing-nya sudah Rp10,4 triliun. Selama 9 bulan sudah Rp10 triliun lebih, masih ada 3 bulan lagi. Kalau rata-rata Rp1 triliun saja sebulan, itu sudah bisa Rp13 triliun,” ujar Efrinal kepada The Iconomics di kantornya di Sahid Sudirman Centre, Jakarta, Kamis pekan lalu.

Efrinal optimsitis, pembiayaan yang disalurkan AFI pada tahun ini bisa melampui target. Apalagi, sebagai perusahaan multifinance yang fokus pada pembiayaan e-commerce, beberapa bulan kedepan masih ada sejumlah festival belaja online seperti 11-11, kemudian ada natal dan tahun baru.

Baca Juga :   Ekspansi Bisnis Akulaku Finance Tahun Depan, Masuk ke Pembiayaan Syariah Hingga Green Financing

Sejatinya, Efrinal memang memasang target yang jauh lebih tinggi pada tahun ini yaitu Rp14 triliun. Namun, menurut OJK target tersebut terlampui tinggi karena tahun 2021 secara industri masih mengalami kontraksi.

Bukan tanpa alasan Efrinal memasang target pertumbuhan yang tinggi pada tahun ini. Secara historis, selama pandemi kinerja bisnis AFI tetap tumbuh moncer. Tahun 2019, realisasi penyaluran pembiayaan AFI baru mencapai Rp2,4 triliun. Tahun 2020 dan 2021 meningkat tajam masing-masing ke level Rp5,03 triliun dan Rp9,4 triliun. Pertumbuhan kinerja bisnis ini merupakan buah dari pembenahan-pembenahan yang dilakukan oleh manajemen AFI sejak tahun 2020.

Selain secara historis tumbuh pesat, bisnis model AFI, juga berbeda dengan mayoritas perusahaan pembiayaan lainnya. Saat ini, menurut Efrinal 64% porsi pembiayaan di Indonesia adalah untuk sektor otomotif. Kinerja industri pembiayaan selama masa pandemi jeblok, terjadi karena beberapa faktor, seperti pembatasan aktivitas masyarakat melalui kebijakan PPKM, kelangkaan chip hingga dampak kebijakan restrukturisasi kredit dari OJK.

Sementara, pembiayaan yang disalurkan oleh AFI bukan pada sektor otomotif, tetapi pembiayaan untuk belanja di e-commerce. “Enggak bisa disamakan industri yang kami masuki dengan industri yang dibiayai oleh multifinance lain. Pertama, kami bermain di digital. Dengan 2020 Covid, itu menjadi game changer juga, sehingga orang semuanya jadi contactless. Kita juga di business process kita, semuanya paperless, kita juga cashless, sehingga dari mana pun orang bisa bertransaksi. Kita punya jutaan nasabah dari Aceh sampai Papua, tetapi kita enggak punya cabang satu pun. Hanya ada kantor ini,”jelasnya.

Baca Juga :   Akulaku Finance Bersama APPI Vaksinasi Covid-19 untuk Karyawan dan Masyarakat Umum

Pasar e-commerce di Indonesia memang sedang bertumbuh pesat dan diperkirakan akan terus bertumbuh. Efrinal menyampaikan tahun 2019, total penjualan e-commerce di Indonesia mencapai Rp253 triliun dan mencapai Rp401 triliun pada tahun 2021. Tahun 2022 ini diperkirakan mencapai Rp536 triliun. Tahun 2025, Google dan Temasek memperkirakan transaksi e-commerce di Indonesia mencapai sekitar US$146 miliar atau sekitar Rp2.000 triliun. “Tahun depan, Sri Mulyani kemarin sudah ngomong, bahwa kita punya proyeksi e-commerce Indonesia itu akan sebesar US$125 miliar,” ujar Efrinal.

Selain pertumbuhan e-commerce, bisnis AFI juga akan tumbuh pesat didukung oleh demografi Indonesia yang mencapai sekitar 178 juta, dengan jumlah mobile phone mencapai 301 juta, 150 juta pengguna internet dan 191 juta pengguna media sosial. Indonesia juga merupakan negara kepulauan dengan 17 ribu pulau dan panjang garis pantai 95.181 km, nomor dua terpanjang di dunia setelah Kanada. Efrinal mengatakan digitalisasi proses bisnis yang telah dilakukan oleh AFI memudahkan masyarakat dari seluruh nusantara, termasuk di pedesaan untuk bisa mengakses pembiayaan. Digitalisasi proses bisnis ini juga didukung oleh skema pembayaran yang fleksibel kepada para nasabah, antara lain melalui pengguna layanan kredit digital dan bayar tunda (BNPL/paylater).

Leave a reply

Iconomics