
IFG Proyeksikan Industri Asuransi Kembali Cerah Pada Tahun 2023 Ini

Corporate Secretary Indonesia Financial Group (IFG) Oktarina Dwidya Sistha pada acara Editor’s Gathering Indonesia Financial Group (IFG) 2023 pada Selasa (21/3). Hadir sebagai pembicara utama Senior Research Associate Indonesia Financial Group Progress (IFG Progress) Ibrahim Kholilul Rohman (Kiri) didampingi oleh Corporate Communication Head Indonesia Financial Group (IFG) I Gede Suhendra (tengah)/Foto: Dok.IFG
IFG melalui lembaga kajiannya IFG Progress memproyeksikan industri asuransi, baik asuransi jiwa maupun asuransi umum akan tumbuh positif pada tahun 2023 ini. Dari sisi premi, IFG Progress memperkirakan asuransi jiwa akan tumbuh 2% hingga 5%, sementara premi asuransi umum diperkirakan tumbuh 6%.
Dari sisi klaim, klaim asuransi jiwa diperkirakan tumbuh 5% hingga 9%, sementara klaim asuransi umum diperkirakan tumbuh 10%.
Proyeksi yang disebut sebagai pertumbuhan moderat ini berdasarkan data yang dihimpun dari OECD dan asumsi pertubuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,3%.
“Dengan kondisi ekonomi yang stabil hingga kuartal pertama tahun ini dan tidak ada sentimen negatif yang signifikan di sepanjang tahun ini, pertumbuhan industri asuransi dalam negeri diperkirakan akan terus meningkat, bercermin dari prospek pertumbuhan pendapatan premi, peningkatan pendapatan investasi karena memulihnya kondisi capital market Indonesia dan semakin termoderasinya tingkat klaim secara umum akibat situasi ekonomi nasional yang mulai stabil, bahkan cenderung bertumbuh positif,” ujar Senior Research Associate IFG Progress Ibrahim Kholilul Rohman dalam diskusi bertajuk “Outlook Industri Asuransi 2023” bersama sejumlah media di Kantor Pusat IFG, Gedung Graha Niaga, Jakarta, Selasa (21/3).
Mengutip data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), Ibrahim memaparkan tahun 2022 lalu , premi industri asuransi jiwa terkontraksi -7,3% yoy dari tahun sebelumnya. Penurunan premi pada industri asuransi jiwa didorong oleh penurunan premi pada produk unit link yang mencapai sekitar -16% yoy, sementara produk tradisional justru menunjukan pertumbuhan hingga 4% yoy. Dari sisi klaim, pada tahun 2022 klaim industri asuransi jiwa juga mengalami kontraksi. Penurunan pada klaim didorong oleh penurunan klaim atau surrender pada produk tradisional sekitar -4%, namun klaim pada produk unit link justru mengalami kenaikan hingga sekitar 3%.
Kemudian, berdasarkan data Asosiasi Asurasi Umum Indonesia (AAUI), pada tahun 2022, premi industri asuransi mencatatkan pertumbuhan premi sebesar 15,3% yoy menjadi sebesar Rp90,1 triliun. Sementara itu, dari sisi klaim, industri asuransi umum mencatatkan pertumbuhan klaim sebesar 36% yoy menjadi sebesar Rp41,7 triliun.
Ibrahim mengatakan, salah satu pendorong utama pertumbuhan industri asuransi dalam negeri adalah adanya perbaikan dari sisi regulasi dengan hadirnya Undang-Undang Cipta Kerja khususnya P2SK untuk sektor keuangan. UU tersebut memberi prioritas pada pengembangan industri asuransi dan dana pensiun melalui berbagai inovasi, memperkuat pengawasan, dan mendukung asuransi dan dana pensiun sebagai salah satu sumber alternatif pembiayaan yang menjanjikan bagi pembangunan.
Di lain pihak, pemanfaatan digitalisasi dalam melakukan pemasaran produk asuransi kepada masyarakat bakal mendorong peningkatan penetrasi asuransi di tengah masyarakat. Dengan digitalisasi, masyarakat jadi lebih mudah memahami dan mengakuisisi berbagai produk asuransi yang ditawarkan.
Salah satu sektor yang cukup menjanjikan adalah bertumbuhnya ekonomi berbasis digital melalui hadirnya marketplace, yang mendorong adanya transaksi digital. Ke depan, kebutuhan akan hadirnya asuransi yang menjamin transaksi tersebut akan makin meningkat bersamaan dengan risiko yang bertumbuh sejalan dengan makin tingginya tingkat kepercayaan masyarakat untuk berbelanja online.
Di sisi lain, pasar asuransi dari segmen UMKM juga masih terbuka lebar. Pemerintah saat ini terus memberikan dukungan bagi UMKM melalui penyaluran KUR dan PEN, yang dari tahun ke tahun terus meningkat. Penyaluran dukungan pemerintah itu membutukan garansi melalui perusahaan asuransi, di samping kesadaran individual pelaku UMKM untuk membeli produk asuransi lainnya dalam menjamin risiko usahanya.
Ibrahim menambahkan, tantangan utama industri asuransi dalam negeri pada tahun ini adalah bayang-bayang resesi ekonomi global, yang berimbas pada ekonomi dalam negeri. Sejumlah sektor usaha yang menggantungkan pertumbuhan usahanya pada kegiatan ekspor impor bakal akan terganggu karena permintaan pasar luar negeri yang menurun. Namun, pasar dalam negeri yang turut ditopang oleh belanja rumah tangga dan UMKM yang relatif lebih lincah, akan terus mendorong pertumbuhan ekonomi nasional lebih baik dari negara-negara lain.
Sekretaris Perusahaan IFG, Oktarina Dwidya Sistha dalam kesempatan yang sama turut menjelaskan berbagai upaya transformasi IFG dalam membawa perubahan di industri asuransi yang lebih sehat dan berkelanjutan untuk terus meningkatkan kepercayaan masyarakat.
“Pemulihan industri asuransi terus berjalan dengan penanganan sejumlah kasus yang menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap industri, seperti dalam mengawasi dan mendukung proses restrukturisasi polis nasabah eks PT Asuransi Jiwasraya (Persero) ke IFG Life sesuai dengan persyaratan dan ketentuan yang berlaku. Selain itu, IFG juga turut mengawasi dan memastikan adanya transformasi yang berdampak positif atas kinerja fundamental anak perusahaan, seperti yang telah terjadi di PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) yang dapat mencapai Risk Based Capital (RBC) sesuai dengan ketentuan Regulator dalam waktu relatif cepat.”papar Sistha.
Sistha menambahkan, selain peranan dalam pemulihan industri asuransi, IFG turut memiliki misi untuk terus meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap industri asuransi melalui penguatan tata kelola holding dan anak perusahaan, serta peran aktif dalam literasi dan edukasi keuangan bagi masyarakat melalui berbagai kontribusi yang dilakukan oleh perusahaan.
Leave a reply
