PIER Proyeksikan BI Akan Sesuaikan Suku Bunga tapi Nunggu Keputusan The Fed

0
63
Reporter: Rommy Yudhistira

Permata Institute for Economic Research (PIER) memproyeksikan Bank Indonesia (BI) akan menyesuaikan suku bunga dalam kisaran 25 hingga 50 basis points (bps). Penilaian tersebut setelah mempertimbangkan kondisi sentimen global yang semakin membaik setelah memasuki paruh kedua tahun 2024.

Chief Economist PIER Josua Pardede mengatakan, keputusan BI menurunkan suku bunga kemungkinan besar tidak akan mendahului pemangkasan suku bunga dari The Fed, Bank Sentral Amerika Serikat. The Fed diprediksi akan menurunkan suku bunga di angka 75 bps hingga 100 bps hingga akhir tahun 2024 ini.

“Jadi, tentunya ini kita akan melihat bagaimana dinamika dan assessment The Fed. Namun kami melihat ada potensi penurunan untuk suku bunga BI di tahun ini dalam kisaran 25 bps hingga 50 bps,” kata Josua dalam acara PIER 2Q24 Economic Review yang diselenggarakan daring pada Kamis (8/8).

Di sisi lain, kata Head of Macro % Financial Market Research PIER Faisal Rachman, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Kuartal II/2024 masih dalam tahap memuaskan karena mampu tumbuh di atas 5% atau tepatnya 5,05%. Terlebih situasi global saat ini masih diselimuti dengan ketidakpastian yang terjadi.

Baca Juga :   Buntut Tarif Impor AS, Indonesia Tempuh Jalur Negosiasi dan Ubah Kebijakan TIFA

Faisal berpendapat, pertumbuhan ekonomi nasional ditopang dari 50% kondisi ekonomi di dalam negeri. Karena itu, pemerintah perlu menjaga kondisi perekonomian nasional untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi.

“Dengan demikian, kalau ekonomi domestik cukup terjaga maka tidak heran kalau ekonomi Indonesia mampu tumbuh di atas 5%,” kata Faisal.

Terkait dengan nilai tukar rupiah, kata Faisal, hingga 7 Agustus 2024, nilai tukar rupiah berada dalam kondisi positif. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berada dalam posisi Rp 16.035 per US$ 1 pada penutupan Rabu (7/8) kemarin.

“Tetapi kita lihat pada hari ini, pembukaanya sudah di bawah Rp 16 ribu, sehingga memang pelemahan rupiah ini sudah terus terpangkas yang tadinya di atas 5%, sekarang di bawah 4%,” ujar Faisal.

Secara garis besar, kata Faisal, sentimen pasar global menjadi kunci utama untuk menurunkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Kondisi naiknya dolar AS, tidak semata-mata melemahkan rupiah yang dinilai masih dalam kondisi stabil dan nilainya hanya mengikuti kondisi pergerakan pasar global.

Baca Juga :   Menkeu Mendorong Pengembangan Ekosistem Pembiayaan Perumahan

“Bahkan, kalau kita lihat apresiasi dari akhir bulan Juli 2024 sampai hari ini saja hampir 1,9% apresiasinya. Dengan begitu menunjukkan bahwa memang jika kondisi global itu terus mendukung, maka tren penguatan rupiah itu akan dapat berlanjut ke depannya,” ujar Faisal.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics