
Bulog Beberkan Alasan Stok Berasnya Menipis Sehingga Harus Impor

Epi Sulandari, Kepala Divisi Perencanaan Bulog
Stok beras yang ada di Perum Bulog saat ini hanya tersisa 399.168 ton. Sebanyak 186.794 ton diantaranya adalah Cadangan Beras Pemerintah (CBP). Jumlah stok yang ada ini sangat tidak memadai untuk stabilisasi harga beras yang diperkirakan masih akan naik selama beberapa bulan kedepan. Dus, Pemerintah pun telah menugaskan Bulog untuk melakukan impor beras sebanya 500 ribu ton.
Epi Sulandari, Kepala Divisi Perencanaan Bulog mengatakan sebanyak 200 ribu ton beras impor tersebut akan tiba di Indonesia pada akhir Desember ini. Sementara, 300 ribu ton lainnya akan tiba secara bertahap hingga awal Februari 2023. Beras impor ini berasal dari Thailand, Vietnam, Pakistan dan Myanmar.
Lantas kenapa stok beras Bulog bisa menipis? Epi menjelaskan tahun 2022 ini, Bulog mendapat penugasan untuk mendapatkan stok beras sebanyak 1 juta ton hingga 1,5 juta ton. “Pada saat kita mendapatkan penugasan untuk mendapatkan stok 1 hingga 1,5 juta ton, maka kita mengutamakan pembelian dari dalam negeri,” ujarnya dalam diskusi bertajuk Pasokan Beras Jelang Nataru,Amankan? yang diselenggarakan oleh Forum Wartawan Pertanian (FORWATAN), Jumat (23/12).
Epi mengatakan pada April lalu, Bulog sudah memiliki stok 1,1 hingga 1,2 juta ton. Sesuai regulasi yang ada saat ini, penyerapan cadangan beras pemerintah (CBP) di Bulog hanya digunakan untuk empat hal yaitu bantuan bencana alam, stabilisasi harga, bantuan internasional dan untuk stok pangan ASEAN Plus Three Emergency Rice Reserve (APTERR) sebesar 12 ribu ton.
Hingga Juli 2022, penggunaan CBP untuk stabilisasi harga atau operasi pasar hanya 500 ton hingga 1.000 ton per hari atau 25 ribu ton hingga 30 ribu ton per bulan. Maklum, saat itu kondisi harga beras relatif stabil.
Namun, kondisi berubah begitu masuk bulan Agustus 2022. Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) memicu kenaikan barang dan jasa termasuk harga beras. Akibat harga beras yang naik, kebutuhan beras untuk operasi pasar pun melonjak menjadi 214 ribu ton.
“Kondisi inilah yang kemudian (menyebabkan) Agustus, September, Oktober, November, sampai dengan Desember, (kebutuhan beras untuk operasi pasar) ada pada kisaran 200 ribu ton (per bulan) yang mengakibatkan stok mulai tergerus,” jelas Epi.
Pemerintah sempat meminta Bulog untuk membeli beras di dalam negeri. Namun, hal itu justru memicu kenaikan beras di level produsen. Akhirnya, pemerintah kemudian memerintahkan Bulog untuk fokus melakukan stabilisasi harga di level konsumen dengan menggunakan stok yang ada.
Leave a reply
